
SuaraJawaTengah.id - Kabar gembira bagi para pendaki yang sudah lama vakum karena pandemi Covid-19. Pasalnya, dalam waktu dekat jalur pendakian Gunung Slamet yang menjadi gunung tertinggi di Provinsi Jawa Tengah segera dibuka kembali setelah statusnya diturunkan dari level II (waspada) menjadi level I (normal).
Meski tidak lama lagi akan dibuka, namun menurut Junior Manajer Perhutani KPH Banyumas Timur, Sugito aktivitas belum diperbolehkan sampai puncak.
"Berdasarkan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), radius aman 1 kilometer dari kawah. Jadi hanya diperbolehkan hingga plawangan," katanya, Minggu (11/10/2020).
Menurut Sugito, sebelum benar-benar dibuka ada syarat khusus bagi pengurus tiap basecamp yang harus dipenuhi. Pihaknya meminta agar tanda batas aman dipasang terlebih dahulu. Hal ini untuk keselamatan pendaki.
Baca Juga: Telah Dibuka Kembali, Simak 13 Aturan Baru Mendaki di Gunung Semeru!
"Sampai hari ini, ada sejumlah basecamp di wilayah KPH Banyumas Barat dan Pekalongan Barat yang telah memasang tanda tersebut. Kalau yang belum katanya akan dilakukan dalam waktu dekat," jelasnya.
Lebih lanjut, Sugito menjelaskan nantinya semua pendaki, baik personal atau kelompok harus tandatangan surat pernyataan, apabila melintas batas aman menjadi tanggungjawab pribadi, baik keselamatan maupun evakuasi.
Awal November
Namun, khusus untuk jalur pendakian melalui Basecamp Bambangan, Desa Serang, Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga, baru akan dibuka akhir Oktober atau awal November 2020.
"Kami akan menata dulu jalur itu, sehingga bisa lebih aman dan nyaman digunakan sebagai jalur pendakian," ujarnya.
Baca Juga: Setelah Tujuh Purnama, Akhirnya Pendakian ke Gunung Tujuh Bakal Dibuka Lagi
Sebelumnya, jalur pendakian Gunung Slamet sempat ditutup selama kurang lebih satu tahun. Hal tersebut karena berdasarkan catatan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) status Gunung Slamet berada pada level II (waspada).
Namun pada Jumat (9/11/2020) status Gunung Slamet diturunkan menjadi Level I (normal) seiring penurunan dengan penurunan aktivitas pada bibir kawah.
Kontributor : Anang Firmansyah
Berita Terkait
-
3 Rekomendasi Novel Penulis Indonesia tentang Pendakian Gunung, Sudah Baca?
-
Naik Gunung Fuji Kini Bayar Rp 4,3 Juta! Ini Alasan di Balikny
-
Carstensz Pyramid Bukan untuk Pemula! Simak Jalur dan Biaya Pendakiannya
-
Gunung Abbo, Inspirasi Kisah Nyata di Balik Film Eva: Pendakian Terakhir
-
Pendakian Gunung Rinjani Tutup di Awal Tahun Baru
Terpopuler
- Pascal Struijk Aneh dengan Orang Indonesia: Kok Mereka Bisa Tahu
- 3 Klub BRI Liga 1 yang Memutuskan Pindah Homebase Musim Depan, Dua Tim Promosi Angkat Kaki
- Pascal Struijk: Saya Pasti Akan Memilih Belanda
- Bakal Bela Timnas Indonesia, Pascal Struijk: Saya Tak Akan Berubah Pikiran
- Rekomendasi Mobil Bekas Harga Rp60 Jutaan: Pilihan untuk Keluarga Baru, Lengkap Perkiraan Pajak
Pilihan
-
Jakmania Bersuara: Lika Liku Sebarkan Virus Orange di Kandang Maung Bandung
-
Ikuti Jejak Doan Van Hau, Bintang Thailand Kena Karma Usai Senggol Timnas Indonesia?
-
Hasil BRI Liga 1: Dibantai Borneo FC, PSIS Semarang Makin Terbenam di Zona Degradasi
-
5 Rekomendasi HP dengan Kecerahan Layar Maksimal di Atas 1000 Nits, Jelas dan Terang di Luar Ruangan
-
Le Minerale Terafiliasi Israel?
Terkini
-
Segera Klaim Link Saldo DANA Kaget Ini! Rezeki Digital Buat Isi Dompet Tanpa Harus Ngutang
-
Kisah Pesugihan Kepala Desa di Jawa Tengah, Endingnya Menyeramkan!
-
Menjaga Nafas Alam: Gunung Slamet Diusulkan Jadi Taman Nasional Demi Ketahanan Air dan Pangan
-
Ramalan Weton Jumat Pahing dalam Primbon Jawa
-
Link Saldo DANA Kaget Hari Ini: Tambahan Cuan Digital Buat Beli Ngopi dan Top Up Game!