Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 02 November 2020 | 06:49 WIB
Sriyana, 54, menunjukkan kantin sekolah di SMPN 2 Manisrenggo yang dia kelola bersama istrinya, Kamis (22/10/2020). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

SuaraJawaTengah.id - Pengelola kantin sekolah di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah kian mengencangkan ikat pinggang. Tumpuan mata pencahariannya memburuk sejak Covid-19 mewabah dan menjadi pandemi yang  membuat pemerintah menutup kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah sejak Maret 2020.

Dilansir dari Solopos.com jaringan media Suara.com, Pengakuan itu antara lain disampaikan Anwar Rois, 42.  Sejak itulah Rois tak lagi memiliki pendapatan tambahan. Kondisi itu membuat Rois semakin mengirit pengeluarannya demi berhemat agar kebutuhan sehari-hari keluarganya tercukupi hingga gajian di bulan berikutnya.

Rois adalah petugas keamanan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Klaten sejak 2006 lalu. Selama hampir dua tahun terakhir atau tepatnya sejak awal 2019 lalu, Rois bersama istrinya, Heni Susilowati, 40, merintis usaha menjadi salah satu dari tiga pengelola kantin sekolah.

Pasangan satu anak itu berjualan aneka makanan ringan, minuman, gorengan, hingga nasi kucing. Jam istirahat menjadi saat yang paling dinantikan para pengelola kantin tak terkecuali Rois dan Heni. Kantin tak pernah sepi dari keriuhan penuh coleteh anak-anak yang jajan dan menghabiskan waktu istirahat di kantin sekolah.

Baca Juga: Pertama Kali Dalam 5 Bulan, Australia Laporkan Nol Kasus Virus Corona

Dari usaha mengelola kantin, Rois dan Heni mendapatkan keuntungan bersih rata-rata Rp75.000/hari. Meski tak menentu, dalam sebulan mereka bisa mengantongi uang Rp1,2 juta. Pendapatan dari kantin itu menambah pundi-pundi uang keluarga kecil itu yang mengandalkan pendapatan utama dari honor Rois sebagai petugas satpam, berkisar Rp1,7 juta/bulan.

Namun, tambahan penghasilan dari kantin itu tak lagi dinikmati keluarga Rois sejak pertengahan Maret lalu karena pandemi Covid-19. Pembelajaran di sekolah ditutup otomatis membuat Rois dan Heni tak jualan. Belum jelas hingga kapan sekolah termasuk kantin ditutup.

Selama lebih dari tujuh bulan terakhir, pintu dan jendela kantin yang dikelola Rois dan Heni tertutup rapat. Sesekali terbuka ketika Rois bersih-bersih. Barang dagangan tak ada lagi yang tersimpan. Aneka makanan ringan serta rentengan bungkus minuman serbuk yang tersisa saat kali pertama tutup gegara pandemi dinikmati sendiri serta dibagi-bagikan ke keluarga di kampung halaman Rois di Desa Wiro, Kecamatan Bayat.

Keluarga kecil itu untuk sementara waktu hanya mengandalkan pendapatan dari honor Rois sebagai petugas keamanan sekolah. Belum ada niatan untuk berjualan di luar sekolah lantaran Rois terikat dengan pekerjaan selaku petugas keamanan sekolah. Sementara, Heni membantu untuk menyiapkan sekadar minuman bagi para guru yang saban hari tetap datang ke sekolah.

Bukan Penerima Bantuan

Baca Juga: Kelompok Pertama Relawan Vaksin Covid-19 Siap Disuntik di Israel

Meski ikut terdampak langsung, Rois tak menjadi penerima bantuan pemerintah yang digelontorkan kepada warga terdampak pandemi Covid-19. Hanya sekali bantuan yang dia terima berupa paket sembako dari warga kampung yang bersebelahan dengan sekolah.

Rois sadar diri. Meski sudah lama tinggal di sekolah dan memanfaatkan rumah dinas yang tak dihuni sebagai tempat tinggalnya selama bekerja, secara administrasi Rois tak tercatat sebagai warga perkampungan di sekitar sekolah. MTsN 1 Klaten berada di Kelurahan Gergunung, Kecamatan Utara.

Sebaliknya, meski kartu keluarga (KK) keluarga kecil itu masih tercatat sebagai warga Wiro, Rois sudah lama tak menetap di kampung halamannya.

“Sekarang ya mengandalkan penghasilan dari petugas keamanan saja. Ya dicukup-cukupkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penghasilan yang ada diirit-irit,” kata Rois saat ditemui Esposdi MTsN 1 Klaten, Selasa (27/10/2020).

Rois tetap bersyukur. Di tengah upayanya menghemat pengeluaran, terkadang ada rejeki tak terduga. Sesekali ada para guru baik hati yang memberinya uang sebagai bentuk apresiasi atas kinerjanya menjaga keamanan sekolah.

“Selama saya tinggal di rumah dinas juga tidak harus mengeluarkan uang untuk membayar rekening listrik atau air. Jadi bisa lebih hemat,” ungkap dia.

Nasib serupa dirasakan Sriyana, 54. Penjaga SMPN 2 Manisrenggo itu bersama istrinya Harsini, 44, adalah pengelola salah satu kantin sekolah di Klaten sejak 2008. Kantin yang mereka kelola hingga kini masih tutup dan belum jelas kapan bakal dibuka.

Tambahan pendapatan keluarga Sriyana dan Harsini dari mengelola kantin dengan berjualan makanan ringan, minimuan, hingga soto yang rata-rata Rp100.000 per hari pun menguap sejak ada pandemi. Pasangan itu juga memutuskan tak berjualan di luar sekolah.

Sriyana memilih meminta Harsini pulang kampung di Desa Joho, Kecamatan Prambanan untuk mengelola sawah orang tuanya. Sementara, Sriyana tetap berada di sekolah menempati rumah dinas lantaran terikat pekerjaannya sebagai penjaga sekolah.

Pasangan pengelola kantin sekolah Klaten dengan tiga anak itu hanya mengandalkan pendapatan Sriyana sebagai penjaga sekolah dengan gaji sekitar Rp3 juta per bulan.

“Alhamdulillah saya sudah diangkat menjadi PNS sejak 2014 lalu. Mudah-mudahan pandemi ini cepat selesai,” kata Sriyana.

Load More