Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 03 November 2020 | 07:01 WIB
Massa FPI dan PA 212 yang menggelar Aksi Bela Nabi 211 mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron di dekat Gedung Kedubes Prancis, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (2/11/2020), akhirnya membubarkan diri secara damai. [Suara.com/Bagas Isdiansyah]

SuaraJawaTengah.id - Front Pembela Islam (FPI) dan Persaudaraan Alumni (PA) 212 dianggap hanya jago kandang dalam membela islam. 

Hal itu disampaikan Politikus PDIP Dewi Tanjung saat mengkritisi FPI dan PA 212 yang menggelar aksi mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron, karena dinilai menghina Islam, Senin (2/11/2020).

Dewi Tanjung berpendapat, aksi yang disebut aksi bela nabi itu sejatinya berlebihan dan terkesan tak perlu.

Bahkan, dikutip Suara.com dari Hops.id, dia menantang kelompok seperti FPI dan PA 212, jika benar-benar marah terhadap sikap Macron, mengapa tak sekalian pergi ke Prancis dan berjihad dengan cara berperang.

Baca Juga: Dewi Tanjung soal Demo FPI Cs: Kadrun Cuma Ngomong, Nyali Enggak Ada

“Zulkarnaen, Maaher, PA 212, FPI, dan ustaz-ustaz kadrun hanya gede bicara. Mereka enggak berani dan enggak punya nyali pergi perang beneran ke Prancis. Kelompok penjual agama ini hanya jago kandang dan jago keroyokan,” tulis Dewi Tanjung melalui akun Twitter pribadinya, dikutip Senin (2/10/2020).

Lebih jauh, Dewi juga mengatakan, berteriak-teriak di depan Kedubes Prancis tidak akan membawa hasil apa-apa, termasuk jika mereka sekadar memboikot produk-produk dari negara tersebut.

Sekali lagi, dia mengingatkan, jika hendak menentang, datanglah ke Prancis untuk berperang.

“Saya mau tantang FPI, PA 212, dan kadrun khilafah yang teriak-teriak boikot produk Prancis, katanya kalian bela Islam dan bela Nabi Muhammad, perang dong ke Prancis sana, bukan hanya berani teriak demo di depan Kedubes Prancis saja. Kadrun bisanya cuma ngomong, tapi nyali enggak ada,” terangnya.

Wanita yang acap bersuara di media sosial itu menambahkan, seandainya ada kelompok Islam yang berniat jihad ke Prancis namun terhalang biaya, dia siap menanggungnya.

Baca Juga: Tantang FPI Cs Perang ke Prancis, Dewi Tanjung PDIP Siap Ongkosi, Tapi..

Sebab, Dewi penasaran, bagaimana jadinya jika mereka bertempur menghadapi tentara dari negara beribu kota Paris tersebut.

“Saya bisa aja sih ngeberangkatin kadrun-kadrun ke Prancis. Mereka kan selalu teriak-teriak mau jihad, nyali para kadrun ini kalau berhadapan langsung dengan tentara pemerintah Prancis kayak apa? Tapi, saya mikir lagi, uangnya lebih baik saya pakai untuk bangun masjid sama panti asuhan saja,” tegasnya.

Tak perlu boikot

Dewi Tanjung mengatakan, tidak ada korelasi antara sikap Presiden Macron terkait penghinaan Nabi Muhammad dengan pemboikotan produk-produk buatan negara tersebut.

Sebab, produk itu sudah ada sejak lama sebelum Macron menjabat sebagai orang nomor satu di Prancis.

“Yang menghina Nabi Muhammad SAW kan Presiden Prancis. Lalu, apa hubungannya dengan produk-produk Prancis? Produk-produk ini sudah lebih dulu berbedar di dunia sebelum Macron jadi presiden. Kalau saya tetap aja pakai produk-produk ini,” imbuhnya.

Dewi mengaku cukup memahami kemarahan umat Islam terkait karikatur Nabi Muhammad yang dimuat di majalah Charlie Hebdo.

Namun, kata dia, hingga saat ini tak ada yang mengetahui rupa sesungguhnya manusia mulia tersebut. Sehingga, gambaran yang dimuat di Charlie Hebdo sama sekali tak merefleksikan sosok nabi.

“Belakangan umat Islam marah sama Presiden Prancis karena mendukung pembuatan karikatur Nabi Muhammad. Saya sebagai Muslim pasti marah, tapi jujur saya sendiri tidak tahu wajah Rasulullah dan semua umat Islam juga tidak pernah lihat wajah beliau. Jadi, bagaimana bisa kita marah sama karikatur itu?”

“Kewajiban seorang muslim adalah taqwa, taat akan perintah Allah SWT, serta memuja dan mengikuti ajaran Rasulullah. Rasulullah saja dihina dan dizalimi tidak pernah marah, apalagi sampai membalas,” kata dia.

Load More