Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 16 November 2020 | 15:14 WIB
Ilustrasi semut. (Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Warga Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan diteror semut yang mengerubung dan diduga berkembang di pengolahan gerajen atau serbuk kayu.

Kawanan semut tersebut kerap ditemukan di kayu atau pepohonan dalam jumlah sangat banyak, berwarna cokelat kemerahan dengan ukuran kecil.

Tak jarang, semut tersebut cukup agresif dan kerap menggigit manusia yang melintas hingga menimbulkan rasa pedih serta gatal.

"Ini sudah miliaran ini semutnya, bukan ribuan apa jutaan lagi. Berawal dari tempat gergaji kayu, saya lihat dulu baris-barisnya nyeberangnya itu ke arah utara terus, tapi waktu itu saya tidak kepikiran mau sampai sebanyak ini," kata warga RT 03/RW 03 Desa Pageraji Munjiat seperti dilansir Solopos.com-jaringan Suara.com pada Senin (16/11/2020).

Baca Juga: Bos Ternak Semut Rangrang Diciduk Polisi, Investor Sakit hingga Linglung

Teror semut itu terus terjadi hampir tiga tahun. Dia juga menambahkan, semut-semut tersebut cukup meresahkan karena sering menyerang warga saat beraktivitas.

"Dampaknya mengganggu sekali, kalau tidur pada jatuh kengrumut, pada menggigit. Pohon kelapa juga banyak (petani) yang tidak dideres, karena dikuasai oleh semut, sangat meresahkan sekali. Mengganggu orang ibadah ya pada gatal-gatal kegigit. Orang masak, orang tidur pada keganggu semua," ujarnya.

Meski demikian, warga kerap berupaya membasmi semut tersebut. Namun, usaha tersebut tidak jua menunjukan hasil.

"Yang sudah tahu pakai obat nyamuk, memang mempan, tapi berapa banyak kalau harus diteruskan, sedangkan obat nyamuk mahal. Untuk sekedar penanggulangan, paling saya pakai bedak bayi, sekedar meminimalkan supaya tidak menyerang itu, lalu pakai produk pertanian yang untuk nyemprot-nyemprot tanaman sudah ada regent dan lain lain tapi tidak mempan. Mempan sih, tapi saking banyaknya," jelasnya.

Kondisi tersebut semakin mengganggu warga saat musim hujan. Biasanya kawanan semut itu keluar dari sarang pada malam hari.

Baca Juga: Cara Membuat Cake karamel Sarang Semut, Sajian Sehat Usai Makan Berat

"Mengganggunya itu ngigit sama di mata pedih, semutnya juga agresif, misalnya kita ganggu justru nyerang. Semutnya kalau musim kemarau itu lagi dingin jarang. Tapi kalau musim musim kayak gini, musim hujan keluar, terutama malam hari bisa lebih 10 sampai 20 kali lipat dari siang," tuturnya.

Ketua RW 003 Desa Pageraji, Slamet Sunardi, mengatakan teror semut itu terjadi di 30 rumah warga.

Bahkan, semut itu juga kabarnya muncul di Desa Langgongsari yang berbatasan dengan tempat tinggalnya.

"Sebenarnya belum satu RT, tapi yang terdampak separuh lebih, kalau dihitung-hitung sudah ada 30 rumahan lebih. Semutnya mengarah ke utara, jadi kalau utara disemprot tapi selatan tidak, ya muncul lagi karena sumbernya dari selatan, bahkan malah sudah ada di Langgongsari itu wilayah desa sebelah sudah melampaui wilayah. Semutnya sama karena ada rambatan pohon ke sana," katanya.

Untuk menanggulangi teror semut, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Titik Puji Astuti mengemukakan, pihaknya dan kepolisian melakukan penyemprotan menggunakan water cannon yang berisikan 6 ribu liter pestisida ke lokasi penggergajian kayu di Desa Pageraji.

"Upaya yang dilakukan, yang pertama pembakaran kayu-kayu yang sudah lama dan menjadi sumber semut, ribuan, jutaan bahkan miliaran semut. Selain dibakar, hari ini juga kita semprot (menggunakan water Cannon) bekerja sama dengan Polresta Banyumas melakukan penyemprotan pakai pestisida," katanya.

Load More