Aplikasi Pewarna Empon-Empon di Atas Kanvas
Selama pandemi Covid-19, Medi menghasilkan 12 karya yang pewarnaannya menggunakan empon-empon. Karyanya diaplikasikan di atas kanvas ukuran beragam dari 40x50 centimeter, 80x10 cm, hingga ukuran besar 150 x 200 cm.
Medi menggunakan pewarna kunyit untuk membuat garis pokok pada lukisan. Untuk warna di sela-selanya biasanya digunakan pewarna dari bahan temulawak dan temugiring.
Cara mewarnai lukisan berpewarna empon-empon dibuat lapis per lapis. Setelah selesai lapis pertama, lukisan dibiarkan kering sambil menunggu jika terjadi perubahan warna.
Baca Juga: Ferdinand Tantang Anies Jelaskan Fee Ajang Balap Formula E Rp560 Miliar
Jika warna pudar, pewarnaan dilakukan berulang-ulang hingga puluhan kali sehingga mendapat tone warna yang diinginkan. Sebab itu pada satu kesempatan melukis, Medi mengerjakan 2 lukisan sekaligus.
Butuh waktu sekitar 2 minggu mengulang-ulang pewarnaan sehingga warna yang dihasilkan dianggap kuat. Lukisan masih harus dibiarkan sebelum diberi pelapis kuncian warna.
“Saya menyimpan karya yang dibuat tahun 2014 itu warnanya masih oke. Apalagi yang sekarang ini warnanya lebih pekat. Saya bikinnya lebih detail, pewarnaannya diulang-ulang, warnanya lebih bagus dan lebih kuat,” ujar Medi.
Medi bisa dibilang sebagai seniman serba bisa. Lahir dan besar di Dusun Tingal Wetan, interaksi Medi dengan kegiatan seni di sekitaran Candi Borobudur dimulai sejak usianya masih kecil.
Saat duduk di kelas III SD Wanurejo 1, Medi menjuarai lomba melukis tingkat Kecamatan Borobudur. Sejak saat itu, dia rutin mewakili sekolah mengikuti berbagai ajang lomba.
Baca Juga: Tak Yakin Keluarga Bisa Mengerti, Millen Cyrus Pilih Curhat ke Tuhan
Kegiatanny melukis sempat terhenti saat Medi masuk sekolah menengah pertama (SMP). “Saya masuk SMP Negeri 1 Borobudur. Disana gurunya galak-galak. Jadi saya fokus di pelajaran, nggak sempat melukis,” katanya.
Berita Terkait
-
AI Mengguncang Dunia Seni: Kreator Sejati atau Ilusi Kecerdasan?
-
Kolaborasi Seni dan Fashion di Bulan Ramadhan: Hadirkan Scarf hingga Mug Karya Seniman Disabilitas
-
Gindring Waste: Tengkorak, Kritik Sosial, dan Kegelisahan Seniman di Tengah Intimidasi
-
Panasonic-GOBEL ART with HEART Resmi Digelar, Wujud Nyata Inklusivitas dalam Dunia Seni
-
Profil Christine Ay Tjoe: Seniman Indonesia yang Karyanya Terjual Rp 34,7 Miliar di Sothebys Singapore
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
Pilihan
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
-
Prabowo 'Kebakaran Jenggot' Respons Tarif Trump, Buka Seluruh Kran Impor: Pengusaha Teriak Bumerang!
-
Solusi Pinjaman Syariah Tanpa Riba, Tenor Panjang dan Plafon Sampai Rp150 Juta!
Terkini
-
Perajin Mutiara Asal Lombok Go International, Bukti Komitmen BRI UMKM EXPO(RT) 2025 Atas Karya Lokal
-
Rahasia Umbul Leses Boyolali: Kisah Pengantin Terkutuk Jadi Pohon Raksasa!
-
Pemprov Jateng Prioritaskan Ini! Gebrakan Gubernur Luthfi di Tahun 2025
-
Pemprov Jateng Siap Gelontor Bantuan Keuangan Desa Sebanyak Rp1,2 Triliun
-
Semen Gresik dan Pemkab Blora Teken Kerjasama Pengelolaan Sampah Kota Melalui Teknologi RDF