Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 04 Desember 2020 | 08:03 WIB
Tangkapan layar debat Pilkada Solo ke-2. (YouTube/KPU Kota Surakarta)

SuaraJawaTengah.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surakarta mengelar debat publik putaran II Pilkada Solo 2020, Kamis (3/12/2020) malam. Debat tersebut berlangsung seru, kedua pasangan cawali-cawawali saling serang dan adu argumentasi.

Dilansir dari Solopos.com, pasangan Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) tampil jauh lebih agresif ketimbang saat Debat Publik I Pilkada Solo 2020 di The Sunan Hotel Solo pada Jumat (6/11/2020) malam lalu .

Mereka konsisten menyerang pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dari PDIP. Salah satunya ketika Bagyo menanyakan rencana pengembangan seni tradisi dan kebudayaan Solo.

Dalam debat putaran II Pilkada Solo itu, Bagyo menyebut Gibran figur muda yang belum banyak memahami kebudayaan Solo.

Baca Juga: Sembuh dari Corona, Idris Tunggu Rekomendasi Medis untuk Ikut Debat Pilkada

"Mas Gibran kan masih muda. Budaya Solo ini mau njenengan (kamu) bawa ke mana? Kultur budaya njenengan belum tahu-tahu betul," ujar Bagyo.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Gibran merespons dengan mengakui dirinya masih muda dan perlu banyak belajar. Tapi ia menyatakan punya komitmen kuat untuk mengembangkan budaya dan tradisi luhur bangsa.

Gibran mencontohkan tradisi Sekaten Keraton dan Grebeg Sudiroprajan.

"Saya memang masih muda harus banyak belajar tapi saya yakin seperti saya sampaikan pada segmen awal. Warisan budaya adalah pilar kekuatan dan magnet bagi wisatawan. Maka saya ingin budaya kita seperti sekaten, grebeg Sudiro dan lain lain harus kita pertahankan," tuturnya.

Pada debat putaran II Pilkada Solo itu Gibran juga mengatakan pekerjaan rumah saat ini yakni mencari guru yang tepat bagi anak-anak. Misalnya untuk memanfaatkan perangkat gamelan yang sudah ada di sekolah-sekolah.

Baca Juga: Baru Sembuh dari Covid-19, Idris Siap Ikut Debat Pilkada Depok Besok

Mimpi Sungai Bawah Tanah

Saat memberikan penjelasan suara Gibran sempat meninggi. Ia pun menyinggung bahwa berdialog yang dilakukan untuk mencari solusi, bukan menghina.

Tak diam saja, pasangan Gibran-Teguh memberikan serangan balik dengan mempertanyakan rencana Bajo membangun sungai dan jalur kereta bawah tanah.

Sebab, menurut mereka rencana pembangunan jalur kereta dan sungai bawah tanah tidak tepat untuk Solo yang kondisi tanahnya bekas rawa-rawa.

Selain itu butuh anggaran yang sangat besar untuk membangun proyek-proyek tersebut. Menanggapi pertanyaan pada debat putaran II Pilkada Solo itu, Bagyo Wahyono menyatakan kebutuhan anggaran pembangunan sungai bawah tanah bisa dari APBD Solo selama beberapa tahun dan iuran warga Solo.

"Anggaran kita ambil 30 persen dari APBD. Lainnya bersinergi dengan pengusaha-pengusaha Solo. Dengan membangun ini bisa bertahan sampai 100 tahun. Selama ini kan bongkar pasang saja. Kereta bawah tanah akan berlaku 100 tahun lebih. Segi bangunan jangan kira njenengan saja yang punya konsultan. Kami juga ada konsultan. Jangan mengecilkan wong cilik," papar Bagyo.

Load More