Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 28 Desember 2020 | 13:28 WIB
Ilustrasi Tsunami di Jateng Selatan [Suara.com/Aldie Syaf Bhuana]

SuaraJawaTengah.id - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta pemerintah daerah di wilayah Selatan Jateng untuk memetakan daerah berpotensi terdampak tsunami. Kemudian, daerah tersebut didorong untuk menjadi Desa Tangguh Bencana.

Hal itu disampaikan Ganjar, usai menghadiri paparan Potensi Risiko Tsunami Selatan Jawa dan Diskusi Rencana Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana di Kabupaten Cilacap, di kantornya, Senin (28/12/2020).

Acara tersebut diikuti Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin, Forkopimda Jateng, para ahli dari Pusat Studi Gempa Nasional, hingga perwakilan BPBD dari daerah di Selatan Jawa Tengah.

“Potensi itu ternyata luarbiasa di wilayah selatan, nah dari cerita potensi megathrust yang di selatan itu, ternyata bisa kita simulasikan,” kata Ganjar.

Baca Juga: Kenang 16 Tahun Tsunami Aceh, Warganet Panjatkan Doa dan Ramaikan Tagar

Ganjar menjelaskan, simulasi dapat dilakukan dengan dua cara yakni pemetaan area yang terkena megathrust. Ganjar kemudian mencontohkan wilayah Cilacap yang telah mengidentifikasi 55 desa rawan terdampak tsunami.

“Maka kita akan identifikasi seluruh desa yang ada di wilayah selatan untuk kita siapkan semua harus menjadi desa tangguh bencana (Destana),” kata Ganjar.

Di sisi lain, Ganjar juga mencatat saran yang diberikan oleh para ahli dari ITB yakni untuk menerapkan green belt.

Maka, lanjut Ganjar, pihaknya akan mendorong Pemda di wilayah potensi terdampak tsunami untuk menanam bibit pohon tertentu yang dapat mengurangi dampak tsunami.

“Tadi disampaikan agar kita menyiapkan greenbelt dengan tanam pandan laut yang bisa dipkai sebagai front line,” ujarnya.

Baca Juga: Tragedi Tsunami 2004 Jadi Bahan Guyonan di Tiktok, Publik: Gak Punya Hati!

Ganjar mengatakan, beberapa daerah yang diidentifikasi berpotensi terdampak tsunami namun tak memiliki dataran tinggi juga akan didorong untuk membuat area penyelamatan artifisial atau buatan.

“Kita perlu mengidentifikasi beberapa daerah untuk membuat rescue-rescue area dan building. Bisa bangunan atau semacam bukit yang secara artificial itu bisa dibuat sehingga orang nanti bisa lari (ke sana) menyelamatkan (diri),” tegas Ganjar.

Sebagai informasi, bulan September lalu hasil riset para peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait adanya potensi tsunami 20 meter di selatan Jawa viral dan ramai diperbincangkan masyarakat.

Hasil riset yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature Scientific Report pada (17/9/2020), tersebut dianggap mengkhawatirkan jika benar-benar terjadi nantinya. Ganjar dalam beberapa kesempatan juga memastikan bahwa potensi ini harus dihadapi dan proses mitigasi terus dilakukan oleh pihaknya.

Load More