SuaraJawaTengah.id - Beberapa anggota keluarga di Australia dari korban yang tewas dalam peristiwa bom Bali tahun 2002 menyampaikan kekhawatiran mengenai pembebasan Abu Bakar Baasyir dari penjara Jumat (8/1/2021).
Baasyir dianggap sebagai pemimpin spiritual Jemaah Islamiyah, kelompok yang melakukan serangan di Kuta Bali dan menewaskan 202 orang, 83 di antaranya warga Australia.
Namun Baasyir dipenjara karena tuduhan yang terpisah yang tidak ada hubungannya dengan bom Bali.
Putra dari Sandra Thompson, Clint Thompson yang berusia 29 tahun adalah salah satu dari 88 warga Australia yang tewas dalam ledakan bom tersebut.
Baca Juga: Baasyir Sudah Bebas, Tak Ada Sambutan Khusus di Ngruki
Sandra Thompson mengatakan bahwa Baasyir adalah salah orang yang harus bertanggung jawab atas ledakan di kawasan Kuta yang terjadi 18 tahun lalu.
"Dia tidak membunuh satu orang, dia membunuh 202."
Clint Thompson ketika itu sedang berada di Bali untuk merayakan masa berakhirnya kompetisi rugby bersama timnya Coogee Dolphins.
Mereka berada di Sari Club ketika terjadi ledakan yang menewaskan enam anggota tim rugby tersebut.
Dalam waktu yang bersamaan juga terjadi ledakan bom di Paddy's bar dan di luar konsulat Amerika Serikat di Denpasar.
Baca Juga: Analis: Pembebasan Baasyir Politik Kemanusiaan Jokowi
Serangan itu juga membuat 209 orang lainnya mengalami cedera dan merupakan peristiwa di mana warga Australia menjadi korban terbanyak dalam sebuah serangan teror.
Tahun 2008 Abu Bakar Baasyir dipenjara dengan tuduhan berkomplot melakukan serangan di Bali, namun hukuman tersebut dibatalkan di tingkat banding.
Kemudian di tahun 2011, Baasyir dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena hubungannya dengan kamp pelatihan kelompok militan di Aceh, dan setelah mendapatkan beberapa kali pengurangan hukuman, sekarang masa penahanannya sudah berakhir.
'Dia akan kembali menyebarkan kebencian'
Sandra Thompson mengatakan meski peristiwa ledakan bom Bali itu sudah terjadi 18 tahun yang lalu, Baasyir masih tetap berbahaya.
"Dia akan kembali mengajarkan apa yang diajarkannya sebelumnya," kata Sandra.
"Dia tidak pernah mengatakan menyesal, dia tidak pernah meminta maaf. Dia masih berpikir dia melakukan hal yang benar.
"Jadi bukankah dia bisa saja kembali mengajarkan anak-anak muda Muslim mengenai kebencian lagi?"
Seorang pria yang tinggal di Melbourne Jan Laczynski berada di sekitar lokasi kejadian di Bali ketika itu namun kemudian kembali ke hotelnya lebih awal.
Ia juga mengkhawatirkan rencana pembebasan Baasyir.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan Australia selalu menyerukan agar mereka yang terlibat mendapatkan hukuman yang berat, adil, dan proporsional namun menghormati kedaulatan dan sistem hukum di Indonesia.
Sydney Jones, direktur Institute for Policy Analysis of Conflict di Jakarta mengatakan Baasyir secara fisik mungkin akan bebas namun polisi akan "terus memantau seluruh pergerakannya."
"Saya yakin mereka akan mengawasi rumah dan pondok pesantrennya," katanya.
"Pengawasan itu tidak akan berakhir dalam waktu dekat, dan juga pihak berwenang bisa menggunakan protokol kesehatan COVID-19 untuk mencegah kumpulan massa dalam jumlah besar."
Apakah pengaruh Baasyir sudah menurun?
Sydney Jones mengatakan dia memahami kekhawatiran sebagian orang mengenai pembebasan Baasyir namun menurutnya pengaruh Baasyir saat ini sudah semakin berkurang.
"Saya kira pembebasan Baasyir tidak akan membuat perbedaan besar dalam soal risiko serangan teroris atau bahaya ekstremisme di Indonesia," katanya.
Sydney Jones mengatakan masih ada orang-orang lain "yang lebih muda dan lebih karismatik sekarang ini, dan mereka yang lebih ekstrem dibanding Baasyir lebih berbahaya."
Sandra Thompson masih khawatir Baasyir akan terus punya pengaruh, tetapi juga mengatakan dia ingin melangkah maju.
"Saya tidak akan membiarkan kebencian dan teror itu menghancurkan kenangan saya pada Clint," katanya.
"Clint adalah orang yang baik, dia sangat disukai dan dia tidak ingin saya menaruh amarah dan kebencian selama bertahun-tahun ini atas apa yang terjadi - dan saya tidak akan melakukannya, saya menolak melakukannya."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari artikel ABC News berbahasa Inggris yang bisa dibaca di sini
Berita Terkait
-
Sikat Australia 3-1, Indonesia Tatap Babak Semifinal Piala AFF Futsal 2024
-
Lowongan Kerja ke Australia serta Kualifikasi yang Dibutuhkan
-
2 Pendekatan Australia yang Bisa Ditiru Timnas Indonesia Demi Jegal Jepang
-
Siapa Brandon Wilson? Pemain Australia Janji Pakai Jersey Timnas Indonesia Andai Garuda ke Piala Dunia 2026
-
Apa itu Working Visa Holiday? Bisa Liburan ke Luar Negeri Sambil Mengumpulkan Uang
Terpopuler
- Mahfud MD Sebut Eks Menteri Wajib Diperiksa Kasus Judol Pegawai Komdigi, Budi Arie Bilang 'Jangan Kasih Kendor'
- Rocky Gerung Spill Dalang yang Bongkar Kasus Judi Online Pegawai Komdigi
- Kejanggalan Harta Kekayaan Uya Kuya di LHKPN KPK, Dulu Pernah Pamer Saldo Rekening
- Berani Sentil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Segini Harta Kekayaan Melly Goeslaw
- Bak Gajah dan Semut, Beda Citra Tom Lembong vs Budi Arie Dikuliti Rocky Gerung
Pilihan
-
Pindad Segera Produksi Maung, Ini Komponen yang Diimpor dari Luar Negeri
-
Petinggi Lion Air Masuk, Bos Garuda Irfan Setiaputra Ungkap Nasibnya Pada 15 November 2024
-
Profil Sean Fetterlein Junior Kevin Diks Berdarah Indonesia-Malaysia, Ayah Petenis, Ibu Artis
-
Kritik Dinasti Politik Jadi Sorotan, Bawaslu Samarinda Periksa Akbar Terkait Tuduhan Kampanye Hitam
-
Bakal Dicopot dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Siapa yang Dirubah Engga Tahu!
Terkini
-
Debat Panas Pilkada Kota Semarang: Iswar Kritik Kebijakan Day Care, Joko Santoso Beri Jawaban Menohok!
-
Kreatif Cari Pendapatan! Yoyok-Joss Usung Strategi Anti Pajak Tinggi di Semarang
-
SING GUYUB FEST 2024: Festival Musik Lintas Generasi di Semarang, Hadirkan GIGI, hingga Musisi Terkenal Lainnya
-
BMKG: Cuaca Semarang Diperkirakan Berawan Tebal, Warga Diminta Tetap Waspada
-
Alokasi Anggaran Sampai Rp750 Juta, Jateng Uji Coba Program Makan Bergizi Gratis