SuaraJawaTengah.id - Museum Sudirman di Kota Magelang, mencatat jejak gerilya Jenderal Besar Sudirman. Dengan hanya sebelah paru-paru, Sudirman memimpin komando perang.
Muhammad Ardani, pengelola harian Museum Sudirman mengatakan, Sudirman memang lebih banyak ditandu saat menempuh rute gerilya dari Yogyakarta menuju lereng Gunung Wilis di Kediri, Jawa Timur.
Tapi tidak seperti yang diketahui kebanyakan orang, Sudirman tidak melulu menggunakan tandu sebagai alat transportasi.
“Gerilya itu tidak hanya jalan. Dia (Sudirman) menggunakan 3 kendaraan: tandu, dokar, dan mobil,” ujar Ardani saat ditemui di Museum Sudirman, Jumat (27/1/2021).
Saat tiba di Desa Playen, Kabupaten Gunung Kidul, rombongan Pak Dirman mendapat pinjaman dokar milik perkebunan. Namun untuk menghindari kecurigaan Belanda, kuda tidak digunakan sebagai panarik dokar.
“Saat menggunakan dokar, itu tidak dengan kuda. Dokar di depan itu ada (kayu) untuk pengikat kudanya. Satu yang narik Mayor Suwondo, yang satu lagi Kapten Tjokropranolo mantan Gubernur DKI Jakarta. Yang mendorong Kapten Suparjo Rustam,” ujar Ardani.
Mayor Suwondo adalah dokter yang merawat Sudirman selama 7 bulan bergerilya sejak Desember 1948. Sedangkan Kapten Tjokropranolo dan Suparjo Rustam masing-masing ajudan Sudirman.
Dikemudian hari, Tjokropranolo sempat menjabat sebagai Gubernur Jakarta, sedangkan Suparjo Rustam menjadi Gubernur Jawa Tengah.
Masih menurut Ardani, rombongan gerilya Jenderal Sudirman juga tidak hanya menggunakan satu tandu. Beberapa tandu dibuat untuk mengelabui pengawasan Belanda.
Baca Juga: Jalan Raya Jenderal Sudirman Kota Bogor Ditutup Mulai Malam Ini
“Saat gerilya juga tandunya dibuat tidak satu. Tujuannya untuk mengelabui saat bergerilya. Yang asli disimpan di Jogja dan Museum Satria Mandala di Jakarta.”
Satu hal lagi yang diyakini sebagai sebab berhasilnya Sudirman lolos dari kejaran Belanda. Jenderal Sudirman dikenal memegang teguh prinsip agama dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat.
“Beliau dikenal ketat dalam 3 hal: shalat awal waktu, menjaga wudhu, dan hablum minanas atau menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Ini menyebabkan banyak rakyat membantu gerilya beliau,” tutup Ardani.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Didukung BRI, Flyover Sitinjau Lauik Hadirkan Akses Lebih Aman dan Efisien di Sumatra Barat
-
Balas Dendam Akademis Uya Kuya: Rumah Dijarah Akibat Hoax, Kini Lulus S2 Hukum IPK 3,72
-
15 Tempat Wisata di Kebumen dan Sekitarnya yang Cocok untuk Libur Sekolah dan Tahun Baru
-
Sambut Natal Penuh Suka Cita, BRI Renovasi Gereja Kristen Jawa Purwodadi
-
Ancaman Krisis Finansial Intai Gen Z, Melek Asuransi Jadi Kunci Resolusi Tahun Depan