SuaraJawaTengah.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah mengirimkan surat edaran kepada kepala daerah untuk melakukan gerakan 'Jateng di Rumah Saja'. Hal itu dilakukan untuk menekan kasus Covid-19 di Jateng yang belum mengalami penurunan.
Bupati Banyumas, Achmad Husein mengaku siap melaksanakan gerakan 'Jateng di Rumah Saja' yang diinstruksikan Gubernur Ganjar Pranowo.
Namun demikian, ada beberapa poin kebijakan Husein yang berbeda dengan apa yang diungkapkan Ganjar tentang gerakan 'Jateng di Rumah Saja'.
Jika Gubernur Ganjar menyatakan pasar akan ditutup, Husein mengungkapkan pendapat yang berbeda. Ia menegaskan pasar tidak akan tutup karena alasan ekonomi.
Hal ini pun mendapatkan kritik pedas dari sejumlah elemen masyarakat.
Salah satunya Yoga Sugama, Direktur Eksekutif LSM PIJAR (Pusat Informasi Jaringan Rakyat) adalah salah satu yang angkat bicara. Menurutnya, jika hendak mengimplementasikan kebijakan Gubernur, maka Husein juga harus total, jangan setengah-setengah.
“Nek wani aja wedi-wedi, nek wedi aja wani-wani. Itu baru Wong Banyumas,” kata Yoga dilansir dari Hestek.id, Rabu (3/2/2021).
Ia berargumen, pasar merupakan tempat yang dikunjungi banyak orang. Oleh karenanya, jika akan mengadopsi kebijakan Ganjar, Husein juga harus menutup pasar.
“Sekarang kan Pemkab (Banyumas, red) seperti kurang paham dengan tujuan Jateng di Rumah Saja,” kata dia.
Baca Juga: Viral Bupati Kritik Gerakan Jateng di Rumah Saja Bikin Istri Mudah Hamil
Jika tidak mengambil tindakan yang sama dengan Gubernur, lanjut Yoga, maka Banyumas bisa dikatakan sebagai kabupaten yang tidak berkomitmen.
“Tidak kompak dengan 35 kabupaten kota yang lain,” ujar dia.
Banyumas tidak konsisten
Kebijakan Pemkab Banyumas terkait penanggulangan Covid-19 dinilai kurang efektif. Selain itu, kebijakan pemerintah juga dianggap tidak konsisten, sehingga membuat masyarakat bingung.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyumas, Setya Ari Nugraha.
“Kehebohan ini kan hanya seperti formalitas belaka. Malah menimbulkan kecemasan dan kucing-kucingan saja dengan masyarakat. Malah nggak efektif,” katanya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
130 Tahun BRI, Konsisten Tumbuh Bersama Rakyat dan Perkuat Ekonomi Inklusif
-
10 Tempat Wisata di Brebes yang Cocok untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik