“Itu rumput biasa seperti ini, tapi di pagi hari. Itu bagus untuk gajah. Kalau sering berada di dalam kandang gajah akan jenuh, jadi mahout selalu mengajak jalan ke luar.”
Pada tahun 2009 Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur sempat mengurus izin konservasi gajah ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah. Tidak hanya memelihara, TWC mengajukan izin perlindungan hewan dan mengembangbiakkannya.
Saat itu hanya ada satu gajah jantan di Borobudur. Kemudian didatangkan Indra, gajah jantan yang sebelumnya dirawat Taman Rekreasi Margasatwa (TMRS) Seruling Mas, Banjarnegara.
“Gajah yang lainnya karena disini dirawat dengan baik dan pertumbuhannya bagus dan kesehatannya juga baik, termonitor oleh dokter akhirnya ditambahi sampai empat gajah itu. Semuanya dari Way Kambas, kecuali Indra dari Seruling Mas,” kata Maidi.
Baca Juga: Sejarah Geologi Borobudur, Teratai di Tengah Danau Purba
Sambil memberi makanan kesukaan Sella berupa buah pakel atau bacang, Maidi menceritakan suka dukanya menjadi mahout atau pawang gajah. Meski secara umum gajah-gajah di Candi Borobudur tergolong jinak, ada saat tertentu dimana mahout harus waspada.
Saat birahi gajah jantan dikenal lebih agresif dan punya kecederungan menyerang. Masing-masing mahout harus mengenali karakter gajah peliharaannya untuk menghindari kecelakaan.
“Sangat riskan itu saat gajah jantan mengalami masa emas (birahi). Masa emas itu perubahan hormon. Awal mulainya masa birahi itu kita nggak tahu dan membahayakan. Perilakunya gajah bisa berubah brutal dan agresif,” kata Maidi.
Mahout atau pawang gajah jantan dituntut setiap hari mengamati perilaku gajah dampingannya sebelum mendekat. Berjaga-jaga jika gajah sedang memasuki masa birahi.
“Perilaku yang agak mudah diperhatikan itu matanya. Dia selalu mencari kelengahan pawang atau plirak-plirik. Sama telinganya selalu tegap. Kalau gajah normal telinga dikibas-kibaskan itu tandanya santai,” ujarnya.
Baca Juga: Borobudur Jadi Pusat Ibadat Umat Buddha, BPPI: Bagus Jika Seperti Mekah
Maidi mengaku selama ini belum pernah terjadi insiden akibat serangan gajah. “Pengalaman menegangkan itu dulu sebelum dihentikan aktivitas gajah tunggangan. Naik gajah saat melayani tamu, ada suara helikopter yang bikin gajah takut. Gajah kabur. Lumayan panik juga ya. Khawatir karena harus melindungi tamu juga.”
Berita Terkait
-
Harga Tiket Masuk Candi Borobudur dan Candi Prambanan saat Libur Lebaran 2025, Jangan Keliru!
-
Harga Tiket Masuk Candi Borobudur 2025, Lengkap dengan Cara Belinya Lewat Online!
-
Libur Lebaran 2025, Borobudur Targetkan 76.000 Pengunjung: Simak Tips Membeli Tiketnya
-
Harga Tiket Masuk Candi Borobudur Terbaru Libur Lebaran 2025, Ini Cara Membelinya
-
Peduli Hewan Langka, Jefri Nichol Kolaborasi Dukung Konservasi Gajah Sumatera
Terpopuler
- Kode Redeem FF 2 April 2025: SG2 Gurun Pasir Menantimu, Jangan Sampai Kehabisan
- Ruben Onsu Pamer Lebaran Bareng Keluarga Baru usai Mualaf, Siapa Mereka?
- Aib Sepak Bola China: Pemerintah Intervensi hingga Korupsi, Timnas Indonesia Bisa Menang
- Suzuki Smash 2025, Legenda Bangkit, Desain Makin Apik
- Rizky Ridho Pilih 4 Klub Liga Eropa, Mana yang Cocok?
Pilihan
-
Laptop, Dompet, Jaket... Semua 'Pulang'! Kisah Manis Stasiun Gambir Saat Arus Balik Lebaran
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Lancar Main Free Fire, Terbaik April 2025
-
9 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Lancar Main Game, Terbaik April 2025
-
Seharga Yamaha XMAX, Punya Desain Jet: Intip Kecanggihan Motor Listrik Masa Depan Ini
-
Demi Jay Idzes Merapat ke Bologna, Legenda Italia Turun Gunung
Terkini
-
Nikmati Libur Lebaran, Ribuan Wisatawan dari Berbagai Daerah Ramaikan Saloka Theme Park
-
Viral Tarian Bagi-bagi THR Diduga Tarian Yahudi? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
Kenapa Banyak yang Menikah di Bulan Syawal? Ini Jawabannya
-
Habbie, UMKM Minyak Telon Binaan BRI Tampil dengan Prestasi Keren di UMKM EXPO(RT) 2025
-
Operasi Ketupat Candi 2025: Kapolda Jateng Kawal Kenyamanan Pemudik di Jalur Solo-Jogja