Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 13 Maret 2021 | 12:13 WIB
Bupati Batang Wihaji saat memandu podcast yang menghadirkan 2 mantan anak punk, Jumat (12/3/2021). (Ayosemarang.cm/dok)

SuaraJawaTengah.id - Anak punk sering dianggap masyarakat sebagai kelompok negatif. Hura-hura, mabuk-mabukan, dan urakan menjadi image para komunitas anak punk. 

Kehadiran komunitas anak punk di berbagai daerah juga menjadi permasalahan sosial dan kehadiran mereka pun dirasa masyarakat sangat menggangu kenyamanan.

Dilansir dari Ayosemarang.com, Bupati Batang Wihaji punya cara tersendiri untuk menghilangkan anak punk di wilayahnya.

Orang nomor satu di Batang itu menyatakan, siap duduk bersama dengan komunitas anak punk. Bahkan akan memberikan ruang untuk berekspresi di Batang.

“Misalnya ada komunitas anak punk, yang memang mau berekspresi di bidang seni, asalkan positif, ayo ngobrol dengan saya. Kami pun siap memberikan ruang berkreasi,” kata Wihaji saat meluncurkan program podcast perdana yang mengundang mantan anak punk, Jumat (12/3/2021).

Memberikan ruang berekspresi bagi komunitas punk, kata dia, untuk menyalurkan hasrat dan bakat dalam berkesenian.

“Mereka akan senang sekali kalau teman-teman anak punk ini punya tempat buat menyalurkan hobinya di bidang seni. Silahkan kebebasan kalian diekspresikan ke dalam hal-hal positif,” ujar Wihaji

Podcast “Curhat Wihaji, Lebih Dekat dengan Rakyat” yang tayang pukul 16.30 WIB, Jumat (12/3/2021), di Youtube Pemkab Batang dan Batang Channel menghadirkan 2 mantan anak punk.

Mereka kini telah mempunyai profesi baru sebagai pelaku UMKM di bidang kuliner dan bekerja sebagai buruh bangunan.

Baca Juga: Pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang Hampir Rampung

“Alhamdulillah 2 remaja ini contoh yang jera menjadi anak punk. Mereka sudah berhenti dan memilih untuk bekerja. Seperti Didik sekarang berjualan kopi di samping alun-alun dan Rifky bekerja diburuh bangunan,” kata Wihaji usai podcast.

Lanjutnya, mereka adalah contoh yang baik, dan memiliki Kemauan keras untuk hidup layaknya manusia sebagai makhluk sosial pada umumnya.

“Berhenti jadi anak punk manfaatnya lebih banyak, tapi kalau jadi anak punk terus tentu mudharat (kerugiannya) lebih besar,” jelasnya.

“Setelah saya mengulik mantan dua anak punk itu, kehidupan anak punk  kebebasannya berlebihan. Rata-rata tidak beribadah, tidur sembarang tempat, tidak mandi berhari – hari,”kata Wihaji.

Ia pun berharap kepada Didik dan Rifky agar ikut mengajak kawan-kawan mereka yang masih menjadi anak punk untuk kembali menjalani hidup secara normal.

“Program podcast ini upaya untuk mengungkapkan harapan mereka, sekaligus ingin menggali seluk beluk perkawanan di antara mereka, untuk diambil sisi positifnya, karena persepsi bagi kebanyakan orang cenderung mengganggu ketenteraman,” pungkas Wihaji.

Load More