Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 21 April 2021 | 17:20 WIB
Tiruan Menara Kudus di Masjid Jami Manarul Huda turut Dukuh Baran Kiringan, Desa Samirejo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. [Suara.com/Fadil AM]

SuaraJawaTengah.id - Di Dukuh Baran Kiringan, Desa Samirejo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus terdapat Masjid Jami Manarul Huda. Tempat ibadah ini dahulunya didirkan oleh salah satu penyebar agama Islam berjuluk Kiai Udan Panas.

Tidak seperti masjid kebanyakan, di masjid ini juga dijumpai Menara Kudus yang menyerupai Menara Kudus di kompleks Masjid Makam Menara Sunan Kudus turut Desa Kauman.

Bahkan dari segi bentuk dan arsitektur, Menara Kudus versi Masjid Jami Manarul Huda ini, memiliki kemiripan hampir 100 persen dari bangunan aslinya.

Tokoh Masyarakat Samirejo, Noor Habib mengatakan, tiruan Menara Kudus itu dibuat pada tahun 1999.

Baca Juga: BPBD Kudus Imbau Msyarakat Waspadai Angin Puting Beliung

Setelah sang nadzir masjid bernama Kiai Ahmad Musa Maulani, saat itu berkeinginan untuk tabarukan kepada Syekh JA’far Shodiq atau yang lebih dikenal dengan Sunan Kudus.

“Selang beberapa tahun karena terinspirasi oleh masjid dan juga tabarukan (ngalab berkah) Mbah Sunan Kudus, maka didirikan lah menara di sini,” ujar Noor, Rabu (21/4/2021).

Pembangunan menara ini sendiri, sedikitnya menghabiskan dana Rp100 juta hasil swadaya masyarakah Dukuh Baran Kiringan.

“Semuanya dikerjakan warga sini. Mustaka menara itu kebetulan saya yang diminta meletakkan. Untuk bata merah agar mirip dengan aslinya kita cari bata pilihan dari daerah Jepang,” ujarnya.

Pihaknya sempat kewalahan saat mencari piringan keramik untuk ditempel di menara agar mirip aslinya. Akhirnya setelah melalui perburuan, replika benda tersebut didapatkan di Kecamatan Juwana, Pati.

Baca Juga: Perhatian Warga Kudus! Tilang Elektronik Diterapkan, Ini Lokasi CCTV-nya

“Kita juga cari jubin-jubin lama. Kalau struktur bangunan dengan Menara Kudus yang ada, wong kita niatnya tabarukan maka kita buat sedetail dan sepersis mungkin,” jelasnya.

Hanya saja, lanjut Noor, karena luas tanah di kompleks masjid relatif tidak mencukupi untuk dibuat seperti ukuran Menara Kudus asli. Maka untuk ukuran duplikat menara ini, sedikit diperkecil.

“Karena tanahnya sempit. Menara ini memiliki ketinggian sekitar 12 meter dengan lebar 9 meter. Memang kemiripan tidak sampai 100% , paling sekitar 90% kita bisa jamin,” ungkapnya.

Menengok kebelakang, masjid ini didirikan kali pertama oleh Kiai Udan Panas yang bernama asli Kiai Abdullah Asyi Bin Abdi Syakur. Seorang wali sekaligus salah satu pendiri desa tersebut.

“Masjid ini tidak lepas dari Mbah Kiai Udan Panas, karena masjid ini satu-satunya peninggalan beliau,” terangnya.

Kiai Abdullah mendapatkan julukan Kiai Udan Panas karena saat mendirikan desa terjadi fenomena hujan dan panas yang silih-berganti dan terus-menerus.

Mengingat bangunan masjid yang sudah terlalu tua, maka oleh Kiai Ahmad Musa Maulani dan masyarakat lainnya disepakati untuk membangun ulang bangunan masjid tersebut.

“Pada tahun 1993-1994 masjid dibongkar total karena usianya terlalu tua,” jelasnya.

Kemudian pada tahun 1995 Masjid Baitul Muttaqin pun selesai dibangun dan diresmikan. “Beberapa tahun setelahnya, tepatnya 1999 didirikanlah menara,” imbuh Noor.

Ditambahkan, Masjid Baitul Muttaqin dirubah namanya menjadi Masjid Jami Manarul Huda, setelah diberikan nama baru oleh Mbah Arwani Amin.

Kontributor : Fadil AM

Load More