SuaraJawaTengah.id - Apa yang pertama kali terlintas dipikiran ketika mendengar kata keong? Tentu saja sawah dan berhubungan dengan lumpur. Bahkan bagi para petani keong ini dianggap hama karena bisa merusak tanaman padi. Keberadaannya yang melimpah di sawah, cukup merepotkan para petani.
Namun siapa sangka, di tangan Chamlani (61) keong ini bisa menjadi konsumsi dan bernilai jual tinggi. Terlebih setelah banyak program televisi yang mengangkat ceritanya pada beberapa tahun lalu.
Chamlani merupakan warga Kauman Lama, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Dari awal ia tinggal disini pada tahun 1995, ia sudah berjualan keong. Namun seiring berjalannya waktu masakannya makin dikenal oleh pecinta kuliner. Tak hanya dari Purwokerto, bahkan merambah hingga ibukota.
"Awalnya sih orang sekitar sini saja. Terus setelah masuk tv malah sekarang kebanyakan pecintanya orang Jakarta. Mereka biasanya nitip ke saudaranya yang disini buat dibawa kesana. Karena jika hanya hitungan satu atau dua hari masih kuat dan terjaga rasanya," katanya kepada Suara.com, saat ditemui, Selasa (27/4/2021).
Bisnis kulinernya ini sempat tutup selama satu tahun. Tepatnya setelah lebaran Idulfitri tahun lalu dan baru kembali buka pada awal puasa ini. Alasannya tentu seperti kebanyakan tempat usaha lainnya. Terdampak pandemi.
"Jualan saya sempat merosot jauh saat musim puasa tahun lalu. Karena kan memang lagi sepi-sepinya itu. Merosotnya jauh sampai 50 persenan. Makanya setelah puasa selesai saya memutuskan untuk istirahat dulu saja sampai sedikit stabil," jelasnya.
Keong masak ini sebenarnya tidak hanya buka saat ramadan. Pada hari biasa Chamlani pun melayani penjualan keong, hanya saja jumlahnya tidak sebanyak saat Ramadhan. Karena memang makanan ini sudah identik dengan cemilan berbuka puasa.
"Kalau hari biasa itu sehari cuma 25 kg sama. Nah kalau puasa ya minim 100 kg keong. Karena memang sudah identik dengan ramadan. Kalau bulan puasa pasti ada keong," terangnya.
Ia mengambil keong langsung dari pedagang. Jika sebelum pandemi bahan yang didapat dari Kabupaten Pekalongan dan Kudus. Namun saat ini keong didapat dari sekitar Kabupaten Banyumas. Ia memiliki alasan tersendiri mengapa ia mengambil keong jauh-jauh dari Pekalongan.
Baca Juga: Doa Puasa Hari ke 18 Ramadhan, Bacaan Latin dan Maknanya
"Tahun-tahun lalu, keong di Banyumas kebanyakan kecampur sama keong mas. Padahal itu tidak bagus jika dijadikan konsumsi. Harus keong yang warna hitam, nah yang masih bagus itu dari Kabupaten Pekalongan. Makanya kita ambil sana. Tapi setelah adanya pandemi ongkos kirimnya kan lumayan juga, jadi kita ambil lokal saja. Sekarang juga kualitasnya sudah bagus, tidak banyak yang kecampur keong mas," ujarnya.
Meracik masakan keong harus memiliki keahlian tersendiri. Alih-alih menjadi makanan lezat, jika tidak pandai memasaknya justru akan mengandung racun.
"Ya memang harus pintar mengolahnya. Kalau benar cara masaknya, masakan keong sangat bermanfaat untuk ibu hamil. Terus bisa juga menyembuhkan sariawan, sama untuk pengobatan liver. Tapi kalo liver harus dibikin sup. Karena kan tidak boleh pakai minyak goreng ya," ungkapnya.
Chamlani menggunakan bumbu rempah untuk meramu bumbu kuah keongnya. Agar masaknya benar-benar matang sempurna, ia sudah mulai mengolah bumbu setelah salat subuh. Padahal makanannya baru matang sekitar pukul 12.00 WIB siang.
"Proses memasak sebenarnya sederhana. Tapi memang harus benar. Pertama keong mentah dicuci terlebih dahulu hingga bersih. Setelah bersih, keong kemudian dilubangi pada bagian ujungnya pada malam sebelum dimasak. Tujuannya supaya menghilangkan kotoran sekaligus agar bumbu meresap ke dalam," tuturnya.
Pada pagi harinya keong kembali dicuci berkali- kali hingga bersih dan baru dimasak. Setelah benar-benar bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran, barulah untuk memasaknya, bumbu- bumbu yang sudah dihaluskan ditumis.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Ini Deretan Kesiapan Tol Semarang-Solo Sambut Lonjakan Pengguna Jalan Akhir Tahun
-
UMKM Malessa Tumbuh Pesat, Serap Tenaga Kerja dan Perluas Pasar
-
PKL Semarang Naik Kelas! Kini Punya Manajer Keuangan Canggih di Fitur Aplikasi Bank Raya
-
5 Mobil Bekas Rp50 Jutaan Terbaik 2025: Dari MPV Keluarga Sampai Sedan Nyaman
-
P! Coffee dan BRI Ajak Anak Muda Semarang Lari Bareng, Kenalkan Literasi Finansial