SuaraJawaTengah.id - Komunitas Lima Gunung membuka rangkaian festival tahun 2021 dengan menggelar ritual dan pementasan sederhana di mata air Telompak, Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.
Mata air Telompak dipilih sebagai tempat pembukaan Festival Lima Gunung ke-20 karena berada di lokasi yang terpencil di lereng Gunung Merbabu. Dusun Gejayan berjarak sekitar 25 kilometer dari pusat Kabupaten Magelang.
Salah seorang tokoh Festival Lima Gunung, Riyadi mengatakan festival tetap dijalankan meski kondisi saat ini masih pandemi.
“Ini (Festival Lima Gunung) sudah menjadi bagian dari kebutuhan kami. Jadi ini tidak bisa dilepaskan. Netepi wajib (menjalankan yang wajib). Seadanya tidak apa-apa,” kata Riyadi kepada wartawan, Jumat (21/5/2021).
Tema Festival Lima Gunung tahun 2021 adalah “Hari Peradaban Desa”. Melalui festival, para seniman tradisi dari Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh mengingatkan, bahwa peradaban manusia di mulai dari desa.
Semua nilai-nilai luhur manusia berasal dari tradisi dan kebudayaan desa. “Awal kehidupan manusia yang ada di desa-desa. Awalnya dari desa. Lumbung pangan, wayang kulit, gamelan, itu kan dari desa.”
Sebagai pengingat bahwa desa sebagai akar peradaban manusia, para seniman memilih ornamen cakra sebagai penghias lokasi pembukaan Festival Lima Gunung.
Cakra melambangkan roda kehidupan manusia. Filosofi perjalanan manusia yang berputar: kadang di atas dan kadang di bawah.
“Manusia punya keinginan atau tergoda kehidupan modern yang mewah seperti di kota besar. Tapi akhirnya akan kembali dan merindukan desanya sendiri,” kata Riyadi.
Baca Juga: Penutupan Tempat Wisata di Magelang
Bahan ornamen simbol cakra juga dipilih dari janur pohon aren dan bukan janur kelapa. Warga kampung meyakini akar pohon aren berfungsi sebagai tandon tempat menahan air tanah.
“Masyarakat lokal yakin jika ada pohon aren itu termasuk sekitarnya ada sumber mata air. Itu juga mengingatkan bahwa hidup kita sendiri tidak lepas dari air.”
Riyadi mengaku komunitas belum menentukan jadwal pasti pelaksanaan rangkaian Festival Lima Gunung tahun ini. Jadwal festival sengaja dirahasiakan untuk menghindari kerumunan.
Poster kegiatan termasuk lokasi acara biasanya diunggah satu jam sebelum pelaksanaan acara. “Artinya agar tidak terjadi kerumunan. Tapi karena ini sudah bagian tradisi bagi temen-temen Lima Gunung, jadi ya harus dilaksanakan,” kata Riyadi.
Pembukaan Festival Lima Gunung di Dusun Gejayan hanya dihadiri oleh para tokoh seniman komunitas Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh.
Ritual pembukaan festival diawali dengan membasuh muka para tokoh komunitas menggunakan air dari sumber Telompak. Mata air Telompak berasal dari rembesan air yang keluar melalui celah-celah batu yang dinaungi rumpun bambu dan pohon-pohon besar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
130 Tahun BRI, Konsisten Tumbuh Bersama Rakyat dan Perkuat Ekonomi Inklusif
-
10 Tempat Wisata di Brebes yang Cocok untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik