Pada kontes kelas dasar, penilaian menitikberatkan pada gerak dasar pohon. Anatomi pohon seperti bentuk akar, arah dan besar batang, menjadi materi utama penilaian.
“Yang pertama adalah gerak dasar. Itu basic si pohon. Akarnya seperti apa, arah batangya seperti apa, besar-kecilnya apa dalam anatomi. Kedua adalah konsep keinginan seniman. Dari situ kita jadikan angka. Itu penjurian di kelas dasar,” ujar Andritopo.
Pada penjurian kelas lanjutan, penilaian mulai masuk pada proses pembentukan bonsai. Di kelas ini jejak proses membentuk bonsai melalui banyaknya bekas cutting dan pengawatan, hingga mencapai bentuk yang diinginkan mulai diperhatikan.
“Ada bonsai yang 2-3 kali potongan cabang tapi belum keluar ranting. Ada yang baru sekali potongan cabang sudah perantingan. Nilainya bagus yang masih prutul (belum tumbuh ranting). Jadi kita menilai prosesnya," paparnya.
Aspek yang njelimet itu itu yang menyebabkan soal merawat bonsai tidak melulu membicarakan soal harga jual dan keuntungan. Banyak kolektor yang memiliki passion hanya menyimpan bonsai tanpa berniat menjualnya.
Tapi justru itu yang menyebabkan harga jual bonsai sering tidak masuk akal. “Sering harga bonsai yang diketahui umum itu bukan harga jual. Tapi harga paling tinggi yang pernah diajukan pembeli. Aslinya itu tidak dijual,” kata Iwan Widiatmoko.
Kembangkan Bonsai Lokal
Iwan dan Andritopo sepakat seni merawat bonsai harus lebih dikembangkan dengan memanfaatkan pohon jenis lokal. Style bonsai ala Jepang dan China harus mulai dialihkan pada gaya-gaya lokal.
Tujuannya agar bonsai karakter lokal bisa lebih diterima oleh masyarakat yang lebih luas. Pada ajang Pameran dan Kontes Bonsai Songo Doyo mulai diperkenalkan jenis pohon teh tehan yang selama ini jarang muncul di kontes bonsai.
Baca Juga: Pariwisata Masih Sepi, Puluhan Kuda di Resor Ternama Bangladesh Mati Kelaparan
“Karakter pohon dan gaya bonsai lokal harus dimunculkan. Kita punya jenis pohon yang beragam. Iklim dan cuaca juga sangat memungkinkan kita mengreasikan bentuk bonsai yang unik,” kata Andritopo.
Tentu setelah semua itu tercapai, tidak dipungkiri bahwa keuntungan materi akan datang dengan sendirinya. “Keuntungan materi itu bonus. Setelah kita bener-benar menyintai proses membentuk bonsai, materi akan datang," pungkasnya.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota