Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Minggu, 11 Juli 2021 | 10:49 WIB
Watu Kelir di Dusun Ulosari, Desa Seboro, Kabupaten Kebumen, merupakan pusat penelitian geologi. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi]

SuaraJawaTengah.id - Struktur batuan purba di situs Watu Kelir, Desa Seboro, Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen diperkirakan berumur 120 juta tahun. Bersejarah sekaligus kental cerita mistis.  

Pada situs batuan purba di Dusun Ulosari, Desa Seboro ini terdapat dinding batu horizontal yang memanjang puluhan meter. Dari bentuk dinding batu itu kemudian nama Watu Kelir kelir diambil.

Kelir dalam bahasa Jawa berarti layar. Pada pergelaran wayang kulit, kain putih bisanya dibentangkan sebagai kelir yang memisahkan dalang dan penonton sekaligus sebagai media pertunjukan.

Warga sekitar bercerita, dulu di lokasi Watu Kelir sering terdengar tabuhan gamalen seperti sedang digelar pertunjukan wayang kulit. Sumber suara gamelan diduga dari kumpulan batuan bertekstur bulat-bulat mirip kenong.

Baca Juga: Promosi Keindahan Wisata Kebumen, Pedalpedia 2021 Diikuti 100 Pesepeda

Ada warga yang meyakini, Watu Kelir merupakan satu set utuh panggung pertunjukan wayang kulit. Lengkap dengan wiyaga ‘mahluk tak kasat mata’ yang bertugas menabuh gamelan.

“Dulu di tempat ini sering sekali terdengar suara gamelan. Tapi yang biasa mendengar itu orang jauh. Warga sini malah tidak dengar,” kata Slamet (45 tahun) warga Dusun Ulosari.

Di kampung sebelah, di Dusun Jengis, Desa Seboro terdapat watu gong yang melengkapi perangkat gamelan. Dari batu bulat ini konon juga sering terdengar suara gong.

Beberapa orang yang mengaku pernah mendengar suara dari lokasi Watu Kelir, tidak spesifik menjelaskannya sebagai suara gamelan. Ada yang mendengarnya sebagai suara klotekan (nada tak beraturan), atau sayup suara tangis yang memilukan.  

“Cerita simbah dulu, disini ada pertunjukan wayang dari makhluk ‘alam lain’. Tapi karena terdengar dan dipergoki manusia, makhluk tersebut pindah tempat. Kelir yang masih terpasang, tertinggal. Tapi ya tidak tahu sesungghunya seperti apa. Itu kan cerita simbah-simbah dulu,” ujar Slamet.

Baca Juga: Potensi Wisata Geologi di Natuna

Berada di tepi Kali Muncar yang diapit pohon-pohon tinggi, suasana di Watu Kelir mendukung cerita mistis tersebut. Kali Muncar di saat musim kering seperti saat ini nyaris tidak dialiri air. 

Slamet menjelaskan, jika debit air sungai sedang tinggi bayangan alirannya membentuk gambar bergerak di dinding batu. Persis bayangan wayang kulit pada kelir.

Pusat Penelitian Geologi

Terlepas dari cerita mistis, Watu Kilir merupakan bagian dari kawasan penelitian geologi Balai Informasi Konservasi Kebumian (BIKK) LIPI, Karangsambung, Kebumen.

Berdasarkan penelitian, Watu Kelir yang berupa batu rijang merah dulu adalah dasar samudra sekitar 117-120 juta tahun lalu. Proses geologi menyebabkan batuan landas benua tersebut patah dan terangkat ke permukaan.

Proses itu yang menyebabkan jenis batuan di lokasi ini diklaim yang terlengkap di Indonesia. Beraneka batuan purba dapat ditemui di situs geologi Watu Kelir.

Termasuk watu kenong yang terbentuk dari lelehan lava gunung api yang membeku. Terangkatnya batuan ke permukaan berbarengan dengan keluarnya lava.

Batuan lava basal kemudian membeku dengan cepat akibat kontak dengan air laut. Jika diperhatikan dari dekat, sejumlah batu kenong berbentuk lipatan-lipatan lava yang membeku.   

Cagar Alam Geologi Karangsambung yang seluas 22 ribu hektare adalah surga bagi para peneliti geologi. Kawasan ini kaya dengan berbagai jenis batuan purba berusia 60 juta hingga 120 juta tahun.

Proses pembentukan landas kontinen Pula Jawa dapat dipelajari di situs geologi Watu Kelir dan Karangsambung. Peneliti menyebut situs geologi Watu Kelir dan Karangsambung sebagai “kotak hitam” terbentuknya daratan Jawa.

Lokasi situs batuan purba Watu Kelir di Dusun Ulosari, Desa Seboro, Kabupaten Kebumen, dapat dicapai dengan berkendara motor. Jarak situs dari lokasi parkir terdekat, hanya sekitar 500 meter menyusuri pematang sawah dan perkebunan warga.  

Caption: Watu Kelir di Dusun Ulosari, Desa Seboro, Kabupaten Kebumen, merupakan pusat penelitian geologi. (suara.com/ Angga Haksoro Ardhi).

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More