SuaraJawaTengah.id - Belakangan ini banyak anak-anak dan remaja terpapar Covid-19. Namun demikian, anak-anak dan remaja tersebut akan memiliki antibodi yang kuat.
Dilansir dari himedik.com, penelitin baru menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja mengembangkan antibodi kuat usai terpapar Covid-19.
Studi dari Duke University School of Medicine di Durham bahkan menyatakan bahwa antibodi tinggi bahkan ketika gejala mereka ringan atau tanpa gejala.
"Temuan ini menggembirakan, terutama karena kami belum dapat memvaksinasi anak-anak di bawah usia 12 tahun untuk melawan virus," kata rekan penulis studi Jillian Hurst, asisten profesor di Departemen Pediatri di Duke University School of Medicine di Durham, New York seperti yang dikutip dari Medicinenet.
"Studi ini menunjukkan bahwa anak-anak yang pernah mengalami infeksi ringan atau bahkan mereka yang tidak memiliki gejala apapun, mengembangkan respons kekebalan yang kemungkinan akan memberikan perlindungan terhadap infeksi di masa depan," imbuhnya.
Melansir dari Medicinenet, para peneliti dalam studi ini mengukur respons antibodi pada 69 pasien muda, berusia 2 bulan hingga 21 tahun dengan infeksi SARS-CoV-2 tanpa gejala dan gejala ringan. Usia rata-rata adalah 11,5 tahun dan 51 persen adalah perempuan.
Respon antibodi pada anak-anak tidak berbeda berdasarkan adanya gejala. Antibodi terhadap virus corona masih ada di sebagian besar peserta hingga empat bulan setelah infeksi.
Para peneliti juga menemukan bahwa tanpa memandang usia, tingkat antibodi anak-anak sama atau sedikit lebih tinggi daripada orang dewasa pada dua dan empat bulan setelah infeksi. Penelitian ini telah diterbitkan pada jurnal JCI Insight.
Temuan menunjukkan bahwa memberikan vaksin Covid-19 kepada anak kecil dapat mengarah pada tingkat perlindungan antibodi yang serupa atau lebih besar daripada orang dewasa.
Baca Juga: Anies: Hanya 0,3 Persen Terpapar Covid-19 Setelah Divaksin, 0,1 Persen Usai Dosis Kedua
"Sebagian besar penelitian tentang respons imun anak-anak terhadap SARS-CoV-2 telah berfokus pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid019 yang parah atau sindrom inflamasi multi-sistem pada anak-anak [MIS-C] atau telah menilai kekebalan hanya selama infeksi akut," kata studi penulis senior Dr. Genevieve Fouda, seorang profesor di Departemen Pediatri dan Genetika Molekuler dan Mikrobiologi di Duke.
"Studi kami memberikan informasi penting bahwa respons imun spesifik SARS-CoV-2, terlepas dari tingkat keparahan penyakit, dapat menurun dari waktu ke waktu lebih lambat pada anak-anak dan remaja," kata Fouda dalam rilisnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025
-
5 Rental Mobil di Wonosobo untuk Wisata ke Dieng Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
Stefan Keeltjes Enggan Gegabah Soal Agenda Uji Coba Kendal Tornado FC