SuaraJawaTengah.id - Kusir andong wisata di kawasan Candi Borobudur terpaksa menjual kuda dengan harga murah agar dapat bertahan di masa pandemi.
Dampak dari penerapan PPKM Darurat dan Level, objek wisata di Magelang tutup total. Kusir andong yang menggantungkan hidup dari pariwisata kehilangan pendapatan.
Ketua Forum Kluster Pariwisata Borobudur, Kirno Prasojo mengatakan kusir terpaksa menjual kuda untuk mengurangi beban pemeliharaan. Biaya makan kuda paling sedikit Rp 50 ribu per ekor setiap bulan.
Padahal kata Kirno, rata-rata kusir memelihara 2 ekor kuda agar tidak kelelahan menarik andong. Kuda yang kelelahan rentan sakit atau mengamuk.
“Kuda harus makan. Saya sendiri ada 4 kuda. Itu biaya upah merawatnya Rp 1 juta per bulan. Untuk cari pakan rumput dan mengurus kuda,” kata Kirno yang juga sesepuh paguyuban pemilik andong Borobudur.
Menyiasati pengeluaran, kusir tidak lagi memberikan polard gandum sebagai pakan tambahan. Harga 10 kilogram polard gandum sekitar Rp 49 ribu.
Selama pendemi, kuda penarik andong hanya diberi pakan rumput dan katul. “Yang penting rumput ditambah katul. Kalau tidak dikasih katul, badan kuda juga rusak. Kuda nanti jadi kurus karena juga jarang diajak jalan,” ujar Kirno.
Belum lama ini, Kirno bermaksud menjual seekor kudanya. Kepada salah seorang penjual kuda di Jumoyo, Magelang, kuda ditawarkan seharga Rp 15 juta.
Penjual menolak membeli kuda milik Kirno dengan alasan stok dagangannya belum habis. Padahal dulu Kirno membeli kuda dari pedagang yang sama seharga Rp 30 juta.
Baca Juga: Pembatasan Aktivitas Masyarakat Tidak Berdampak Banyak Terhadap Kualitas Udara
“Dijual harganya murah, tapi kalau tidak dijual jadi beban. Yang dihadapi kusir berat. Tidak ada pemasukan, tapi pengeluaran terus. Kalau mobil berhenti nggak apa. Kuda kan butuh makan.”
Paguyuban kusir andong pernah mengajukan bantuan pakan kuda kepada Dinas Peternakan. “Kalau orangnya dapat bantuan sembako, (seharusnya) kudanya juga dapat bantuan pakan. Tapi sampai sekarang kok ya belum ada tindak lanjut,” kata Kirno.
Kirno khawatir jika kusir semakin kepepet, terpaksa menjual kuda ke tukang jagal. Kuda disembelih untuk diolah menjadi sate kuda di sejumlah tempat kuliner di Yogyakarta.
Kuda yang disembelih untuk konsumsi, dihargai Rp 6 juta per ekor. Harga itu jauh lebih murah dari harga beli kuda sandel biasa yang rata-rata Rp 30 juta. “Kita masih eman. Kuda itu kan seperti orang sudah suka. Jadi kasihan (jika dijagal). Kalau nggak kepepet ya nggak dijual ke tukang jagal.”
Salah seorang kusir andong, Bari mengatakan, sebelum pandemi dia bisa mendapat uang paling sedikit Rp 150 ribu per hari. Jika musim liburan, pendapatan melonjak hingga Rp 300-Rp 400 ribu per hari.
Rata-rata kusir andong mendapat pemasukan Rp 2 juta per bulan. Mereka mendapat upah dari bagi hasil penjualan tiket andong wisata yang dikelola Forum Kluster Pariwisata Borobudur.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Ini Deretan Kesiapan Tol Semarang-Solo Sambut Lonjakan Pengguna Jalan Akhir Tahun
-
UMKM Malessa Tumbuh Pesat, Serap Tenaga Kerja dan Perluas Pasar
-
PKL Semarang Naik Kelas! Kini Punya Manajer Keuangan Canggih di Fitur Aplikasi Bank Raya
-
5 Mobil Bekas Rp50 Jutaan Terbaik 2025: Dari MPV Keluarga Sampai Sedan Nyaman
-
P! Coffee dan BRI Ajak Anak Muda Semarang Lari Bareng, Kenalkan Literasi Finansial