Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 05 Agustus 2021 | 07:51 WIB
Sejumlah pekerja di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas menuntun motor akibat banjir rob di area tersebut, Rabu (3/6/2020). [Ayosemarang/dok]

SuaraJawaTengah.id - Pakar geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Heri Andreas, memprediksi tiga wilayah di Jawa Tengah yakni Pekalongan, Semarang, dan Demak akan tenggelam.

Hal tersebut merupakan dampat dari penurunan permukaan tanah sehingga semakin berada di bawah permukaan laut.

 “Di tiga kota tersebut saat ini laju penurunan tanahnya sangat tinggi, 15-20 cm per tahun. Ini mirip di Jakarta pada 2007 – 2011, sangat mengkhawatirkan sebenarnya,” kata Heri Andreas seperti diwartakan Solopos.com--jaringan Suara.com, Kamis (5/8/2021).

Die menjelaskan, penyebab utamanya, dalam hipotesa dia, adalah eksploitasi air tanah yang berlebihan baik untuk industri, pertanian, maupun kehidupan sehari-hari masyarakat.

Baca Juga: Liga 1 akan Bergulir 20 Agustus, PSIS Siap Siapkan Tim Terbaik

Heri menyebut 90 persen suplai air di Pekalongan adalah dengan cara menyedot air tanah. “Tipikal pertanian di Jawa Tengah dan Jawa Timur itu juga menggunakan air tanah seperti kalangan industri,” ujarnya.

Sementara T=terkait prediksi pakar geodesi ITB itu, Kepala Bidang (Kabid) Geologi dan Air Tanah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng, Heru Sugiharto, enggan menyanggah.

Foto udara perumahan warga terendam banjir di Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (26/2/2021). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra

Ia menilai pernyataan pakar geodesi ITB itu sebagai masukan atau bahan bagi pemerintah guna mengambil kebijakan untuk mengatasi persoalan land subsidence atau penurunan tanah.

“Pernyataan pakar ITB itu akan jadi masukan atau pertimbangan bagi pemerintah. Bagaimana kedepan membuat kebijakan yang bisa mengatasi persoalan land subsidence. Tidak kita abaikan,” ujar Heru.

Meski demikian, Heru membenarkan pernyataan pakar ITB yang menyebut terjadi penurunan tanah di Pekalongan dan Semarang. Berdasarkan data yang diperolehnya dari berbagai lembaga riset, penurunan tanah di Semarang mencapai lebih dari 10 sentimeter (cm) setiap tahunnya.

Baca Juga: Wagub DKI Yakin Jakarta Tak Tenggelam 10 Tahun Lagi Seperti Kata Joe Biden

Penurunan tanah itu terutama terjadi di wilayah pesisir Semarang bagian timur dan barat. Untuk wilayah pesisir Semarang bagian barat, penurunan tanah mencapai 2-5 cm per tahun. Sedangkan untuk wilayah pesisir Semarang bagian timur, penurunan tanah yang terjadi justru lebih parah, yakni lebih dari 10 cm.

Sementara untuk wilayah pesisir pantai utara Pekalongan, berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sejak 2015-2020, terjadi penurunan tanah 0,07 meter – 0,11 meter setiap tahunnya.

Penurunan tanah, lanjut Heru disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah pengambilan air tanah secara masif.

Selain itu, penurunan tanah juga bisa disebabkan faktor alam seperti transgresi dan regresi yang membuat air laut semakin naik ke daratan, maupun sedimentasi endapan kuarter.

“Jadi ada banyak faktor, bukan hanya pengambilan air tanah. Tapi juga faktor alam. Selain itu juga aktivitas perekonomian seperti industri,” ujar Heru.

Load More