Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 31 Agustus 2021 | 21:25 WIB
Ilustrasi isolasi mandiri di rumah. (Pixabay)

Jika seorang pasien COVID-19 ditemukan adanya pneumonia maka perlu terapi yang lebih agresif, yang diberikan via infus, dan pemantauan yang lebih ketat.

Ilustrasi Isolasi Mandiri (Shutterstock)

Sindrom pelana kuda COVID-19 dan komorbid penyakit kronis

Menurut dr. Jeffri ada tiga fase COVID-19 dan sindrom pelana kuda, yaitu fase pertama, fase pulmonary, dan fase badai sitokin.

Intinya, pengobatan harus dilakukan agresif sebelum masuk fase dua atau fase pulmonary, apalagi jika sampai masuk ke fase tiga atau badai sitokin.

Baca Juga: Kontak Erat dengan Penderita COVID-19? Jangan Langsung Tes, Karantina Dulu 5 Hari

Pada orang dengan komorbid penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi dan lansia, risiko kematiannya akan meningkat enam kali lipat.

"Komorbid adalah salah satu indikasi untuk dirawat di rumah sakit. Terlebih bila komorbidnya lebih dari dua penyakit maka dianjurkan untuk dirawat seperti pasien COVID gejala sedang. Namun, orang dengan komorbid boleh isoman bila kondisinya terkontrol dengan obat rutin," ujar dr. Jeffri.

Selama isoman, orang dengan komorbid disarankan tetap rutin meminum obatnya dan memantau saturasi oksigen.

Lansia biasanya minum banyak obat atau polifarmasi sehingga perlu dipantau oleh dokter berkaitan dengan obat yang harus dilanjutkan, obat yang perlu dihentikan dulu sementara, dan obat yang dosisnya perlu disesuaikan atau diganti.

Pada pasien diabetes misalnya, biasanya kadar gula darah naik karena COVID-19, sehingga memerlukan injeksi insulin. Bila minum polifarmasi, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter.

Baca Juga: Jangan Cuma Minum Vitamin, Sosialisasi Juga Penting Saat Isolasi Mandiri

Ilustrasi Covid-19. (Elements Envato)

Obat dan suplemen yang harus disiapkan

Load More