Ronald Seger Prabowo
Kamis, 02 September 2021 | 11:37 WIB
Nur Hidayat menyelesaikan pesanan jahitan di konveksi miliknya di Desa Rambeanak, Kabupaten Magelang. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

“Dia kaget. Besoknya ada kerjaan, saya dipanggil dapat 30 kaos selesai setengah hari. Dia lebih kaget lagi ‘kok bisa top skor sekali. Dulu saya punya tenaga 3, kaos 20 saja nggak jadi. Kok ini bisa jadi’. Disitu saya jadi andalan. Tiap ada kerjaan nunggu saya,” kata Nur Hidayat.

Sejak saat itu nasib Nur Hidayat berubah. Dia mendapat pinjaman mesin jahit dari sang juragan untuk membuka usaha konveksi sendiri di rumah.

Dari hasil menabung, 4 mesin jahit itu kemudian bisa dibelinya seharga Rp 12 juta. Tapi karena orderan berkurang selama pandemi, 1 mesin jahit terpaksa dijual untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

“Kaos kan sudah ajeg tiap seminggu sekali. Yang tadinya kita ngerjain dari kaos Borobudur satu pesenan itu rame. Sekarang blas, malah person saja hanya beberapa saja yang masuk," tegas dia.

Saat ini Nur Hidayat hanya menggantungkan pemasukan dari menjahit perorangan yang ongkosnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Dia bahkan belum tahu nasibnya kedepan jika nantinya wisata Borobudur kembali dibuka.   

“Ini samar-samar besok mau dilanjutkan sama anaknya atau nggak. Kalau nggak ya nanti saya ambil di juragan lainnya. Cari. Nanti kalau Borobudur sudah buka lagi," pungkasnya.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More