Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 02 September 2021 | 13:09 WIB
Nasib sial dialami warga Kampung Tambakorok, Tanjung Emas Kota Semarang. Rumah mereka terkena rob lebih dari satu bulan. [Suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Dalam kurun waktu 10-15 tahun Kota Semarang diprediksi terancam tenggelam. Namun, hal itu tidak akan terjadi jika pemerintah dan masyarakat kompak untuk mengantisipasinya. 

Diketahui, Kota Semarang,  merupakan salah satu wilayah yang langganan banjir rob. Hampir setiap tahun wilayah ibu kota provinsi Jawa Tengah itu digenangi air laut akibat banjir rob.

Mengapa banjir rob bisa terjadi? Dan bagaimana antisipasi jangka pendek agar Kota Semarang tidak tenggelam?

Menyadur dari Solopos.com, banjir rob merupakan bencana tahunan yang menjadi masalah di Kota Semarang. Bukan hanya terjadi pada musim hujan saja, banjir juga bisa menggenangi permukiman dan jalanan pada musim kemarau.

Baca Juga: 442 Sekolah di Kota Semarang Gelar Pembelajaran Tatap Muka, Hendi: Situasi terkendali

Banjir di Semarang terjadi akibat pasang surut air laut atau yang biasa disebut dengan istilah rob. Jika laut sedang pasang, maka gelombang air akan menghempas sampai ke daratan yang menyebabkan rob.

Warga Tambaklorok Kota Semarang menunjukan permukaan tanah yang turun. [suara.com/Dafi Yusuf]

Abrasi

Kondisi pesisir Semarang saat ini sedang dibayangi krisis lingkungan. Jurnal yang diterbitkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan bahwa garis pantai di pesisir Semarang mengalami abrasi yang amat memprihatinkan.

Pada rentang 1972-1992 garis pantai di beberapa wilayah di Semarang mundur sekitar 500 meter. Bukti nyata abrasi di Semarang dapat dilihat di kawasan utara, tepatnya di Kampung Nelayan Tambaklorok.

Sejumlah daratan di sana telah ditenggelamkan air laut. Bahkan TPU Tambaklorok di kawasan pesisir Semarang itu kini sudah hilang tenggelam bersama air laut sejak 2012.

Baca Juga: Wali Murid SMPN di Semarang Buat Surat Pernyataan Tak Perbolehkan Anaknya Ikut PTM

Meskipun demikian masih banyak warga yang datang ke wilayah tersebut untuk mendoakan leluhur mereka yang dimakamkan di TPU Tambaklorok yang kini sudah berubah menjadi bagian dari lautan.

Penggunaan Lahan

Kesalahan pemanfaatan lahan di pesisir Semarang juga menjadi salah satu penyebab banjir rob. Wilayah pantau yang secara alami berguna menampung pasang surut air laut justru dimanfaatkan sebagai tambak, rawa, persawahan, hingga permukiman. Hal ini membuat air laut tidak bisa tertampung sehingga menggenangi kawasan yang posisinya lebih rendah.

Penurunan Muka Tanah

Kondisi ini diperparah dengan penurunan muka tanah di wilayah Semarang, khususnya bagian pesisir yang berdekatan dengan Laut Jawa. Sejumlah hasil penelitian yang ditelusuri Solopos.com, Kamis (2/9/2021) menunjukkan fakta bahwa penurunan tanah di Semarang dan pesisir pantai utara Jateng mencapai 10 cm per tahun.

Kepala Laboratorium Geodesi ITB, Dr. Heri Andreas, saat berbincang dengan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, di Rumah Dinas Gubernur, Rabu (1/9/2021), menyarankan Pemprov Jateng untuk mengurangi eksploitasi air tanah untuk menghentikan land subsidence atau penurunan muka tanah.

“Tadi kami sepakat dengan Pak Ganjar bahwa kita harus mengendalikan penurunan tanahnya. Caranya sudah ada, yakni mulai pengurangan eksploitasi air tanah,” jelasnya.

Eksploitasi Air Tanah

Pakar Hidrologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Nelwan mengatakan industri dan hotel harus bisa meminimalisasi penggunaan air bawah tanah agar tidak memperparah penurunan muka tanah.

“Padahal penurunan air tanah adalah masalah yang bisa menimbulkan dampak yang besar kemudian hari. Semarang bisa tenggelam kalau masalah ini tidak segera diatasi,” tutur Nelwan, seperti dikutip dari laman Semarangkota.go.id.

Solusi Jangka Pendek

Penanganan rob dan banjir karena penurunan tanah ini lanjut Heri, memang bukan persoalan mudah. Butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikan, yakni sekitar 10 tahun.

Salah satu upaya penanganan banjir dan rob di Jateng, lanjut Heri, adalah pembangunan tanggul. Selain solusi jangka pendek dengan pembuatan tanggul, solusi jangka menengah dan panjang juga harus dilakukan. Solusi jangka panjangnya dengan land and water management.

“Jadi menangani rob dan banjir di Semarang, tidak bisa lepas dari daerah hulunya. Wilayah dari hulu, tengah sampai hilir itu harus diberesi secara pararel,” jelasnya.

Load More