Budi Arista Romadhoni
Kamis, 02 September 2021 | 13:09 WIB
Nasib sial dialami warga Kampung Tambakorok, Tanjung Emas Kota Semarang. Rumah mereka terkena rob lebih dari satu bulan. [Suara.com/Dafi Yusuf]

“Tadi kami sepakat dengan Pak Ganjar bahwa kita harus mengendalikan penurunan tanahnya. Caranya sudah ada, yakni mulai pengurangan eksploitasi air tanah,” jelasnya.

Eksploitasi Air Tanah

Pakar Hidrologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Nelwan mengatakan industri dan hotel harus bisa meminimalisasi penggunaan air bawah tanah agar tidak memperparah penurunan muka tanah.

“Padahal penurunan air tanah adalah masalah yang bisa menimbulkan dampak yang besar kemudian hari. Semarang bisa tenggelam kalau masalah ini tidak segera diatasi,” tutur Nelwan, seperti dikutip dari laman Semarangkota.go.id.

Solusi Jangka Pendek

Penanganan rob dan banjir karena penurunan tanah ini lanjut Heri, memang bukan persoalan mudah. Butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikan, yakni sekitar 10 tahun.

Salah satu upaya penanganan banjir dan rob di Jateng, lanjut Heri, adalah pembangunan tanggul. Selain solusi jangka pendek dengan pembuatan tanggul, solusi jangka menengah dan panjang juga harus dilakukan. Solusi jangka panjangnya dengan land and water management.

“Jadi menangani rob dan banjir di Semarang, tidak bisa lepas dari daerah hulunya. Wilayah dari hulu, tengah sampai hilir itu harus diberesi secara pararel,” jelasnya.

Baca Juga: 442 Sekolah di Kota Semarang Gelar Pembelajaran Tatap Muka, Hendi: Situasi terkendali

Load More