Selain berasal dari kultur masyarakat yang berbeda (mayoritas laskar adalah santri dan petani), penggabungan pasukan sesuai kebijakan Rekonstruksi dan Rekonsiliasi (Re-Ra) angkatan perang, berpotensi memangkas jumlah laskar secara besar-besaran.
Anggota laskar yang tidak pernah mengenyam pendidikan militer baik PETA maupun KNIL, terancam dibuang keluar struktur ketentaraan RIS.
Insiden pemicu konflik terjadi pada akhir Juli 1950. Salah seorang anggota AOI asal Somalangu (dalam sejumlah tulisan disebut bernama Khurmen), tewas dipukuli tentara APRIS yang sedang berpatroli.
Khurmen yang kedapatan membawa senjata api ditangkap polisi militer APRIS di dekat Stasiun Kebumen. Saat itu tentara sedang gencar menertibkan laskar bersenjata.
Insiden tersebut memicu aksi balasan pada 31 Juli 1950. Pemuda AOI balik memukuli salah seorang tentara APRIS hingga tewas.
Sore harinya, Kolonel Sarbini memerintahkan Syekh Mahfudz menghadap ke Markas APRIS di Magelang. Syekh Mahfudz tidak dapat memenuhi panggilan dan berjanji akan melapor keesokan harinya.
Betapa terkejutnya Syekh Mahfudz mengetahui pada pagi hari, tanggal 1 Agustus, Somalangu sudah dikepung tentara APRIS di bawah pimpinan Letkol Ahmad Yani.
Letkol Ahmad Yani yang memimpin pasukan bersandi “Kuda Putih” menyerbu Somalangu dan memerintahkan Syekh Mahfudz menyerah.
“Saat penyerangan, di sini bumi hangus. Semua habis. Para laskar itu tunggang langgang. Mereka tidak mau tinggal disini karena takut ditangkap, diciduk, diteror dan lain sebagainya,” kata Hidayat Aji Pambudi.
Baca Juga: Positif Covid, Sejumlah Calon Penumpang Tetap Ingin ke Bandara Ahmad Yani
Dalam buku Kuntowijoyo “Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi” pertempuran Laskar AOI dan tentara APRIS berlangsung 40 hari.
Sekitar 85 rumah di Somalangu rusak atau dibakar. Beruntung masjid di kompleks Pondok Pesantren Somalangu terhindar dari kerusakan. Jumlah korban diperkirakan mencapai 1.500 hingga 2 ribu jiwa.
Sumpah Syekh Mahfudz
Setelah pertahanan Angkatan Omat Islam di Gunung Pager Kodok dijebol APRIS, pasukan mundur ke arah barat menuju Cilacap. Pertempuran besar meletus di daerah Panjer, Kecamatan Kebumen.
Saking sengitnya serangan pasukan APRIS, konon di lokasi yang saat ini berdiri kantor Polres Kebumen, Syekh Mahfudz Somalangu sempat mengutuk Ahmad Yani yang bakal tewas menyedihkan.
Di kemudian hari, saat peristiwa G30S/PKI meletus, Ahmad Yani termasuk salah satu perwira tinggi ABRI yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan. Jenazah Ahmad Yani dimasukkan dalam sumur di kawasan Lubang Buaya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
-
4 Tablet RAM 8 GB dengan Slot SIM Card Termurah untuk Penunjang Produktivitas Pekerja Mobile
-
3 Fakta Perih Usai Timnas Indonesia U-22 Gagal Total di SEA Games 2025
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
CERPEN: Liak
Terkini
-
5 Pilihan Rental Mobil di Semarang untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Libur Nataru Dijamin Irit! Pertamina Tebar Cashback BBM 20 Persen, Diskon Gas hingga Hotel
-
Genjot Ekonomi Baru, Ahmad Luthfi Minta Kabupaten dan Kota Perbanyak Forum Investasi
-
Memperkuat Inklusi Keuangan: AgenBRILink Hadirkan Kemudahan Akses Perbankan di Daerah Terluar
-
15 Tempat Wisata di Pemalang Terbaru Hits untuk Liburan Akhir Tahun