Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 23 Oktober 2021 | 19:23 WIB
Ngumriyatul Khasanah menunjukkan batik motif Corona yang masih dalam tahap pengerjaan. Menceritakan urutan peristiwa penyebaran Covid. [suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

“Tapi nggak apa juga (terjual). Jika waktu itu nggak dibeli orang, usaha (batik) saya sekarang juga nggak akan dikenal.”

Ngumri saat ini sedang menggarap dua karya lainnya yang dipersiapkan sebagai seri batik Corona. Jika pada karya pertama, motif batik menceritakan asal muasal virus, pada karya selanjutnya dia akan berkisah soal dampak Covid dan harapan yang tumbuh pasca pandemi.   

Temanya lebih banyak mengarah pada batik tradisional. Jika sebelumnya motif tambal hanya digunakan sebagai latar, pada karya batik selanjutnya akan menjadi tema utama.

“Jadi harapan sembuh lewat filosofi batik tradisional itu lebih banyak. Saya pingin batik yang sekarang itu motifnya full betul-betul batik tambal,” ujarnya.

Ngumri berharap batik karyannya menjadi simbol harapan banyak orang yang sembuh dari Covid. Pencegahan penularan virus dapat dijaga dan tidak berlarut-larut. “Istilahnya lewat motif batik yang sekarang lebih banyak memohon pertolongan.”

Ngumri menargetkan karya batik selanjutnya dapat selesai digarap Januari 2022. Gencarnya pemberian vaksin dan jumlah penularan yang jauh berkurang akan menjadi tema utama batik di awal tahun.

“Sekarang sudah mulai banyak vaksin dan itu mau saya gambarkan di kain. Jadi ada 3 kain, gambaran sampai cerita hari ini. Jadi nanti seperti rangkaian cerita awal terus setelah pandemi itu bagaimana suasana saat ini.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Baca Juga: FGD: Pariwisata Mulai Ramai, Jogja Bangkit dari Pandemi?

Load More