Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 18 November 2021 | 14:40 WIB
Kepala Staf Presiden Moeldoko dan rombongan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi diusir dari aksi kamisan yang diselenggarakan di Taman Signature, depan Paragon, Kota Semarang, Kamis (18/11/2021). [Suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko dan rombongan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi diusir dari aksi kamisan yang diselenggarakan di Taman Signature, depan Paragon, Kota Semarang.

Juru bicara aksi kamisan, Cornel Gea mengatakan, sekitar jam 11.00 siang Moeldoko, Hendrar Prihadi dan Komnas HAM yang dikawal aparat kepolisian mendatangi massa aksi.

"Mereka berusaha untuk mencuri panggung, meminta mic dan berbicara," jelasnya di lokasi, Kamis (18/11/2021).

Melihat hal itu, lanjutnya, massa aksi langsung menolak dan menyuruh rombongan Moeldoko dan Wali Kota Semarang untuk meninggalkan lokasi.

Baca Juga: Sebut Gugatan Kedaluwarsa, Demokrat: Proxy Akal-akalan Moeldoko

"Aksi kamisan Semarang adalah panggung rakyat, bukan tempat oligarki bicara," bebernya.

Menurutnya, Moeldoko, Hendrar Prihadi dan Komnas HAM sudah  tau seluruh rangkaian pelanggaran hak-hak warga. Untuk itu, dia meminta agar  mereka segera mengerjakan tanggung jawabnya.

"Segera kerjakan tanggung jawab untuk melindungi dan memenuhi hak warga," ujarnya.

Kepala Staf Presiden Moeldoko dan rombongan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi diusir dari aksi kamisan yang diselenggarakan di Taman Signature, depan Paragon, Kota Semarang. [Instagram]

Dia menambahkan, Moeldoko dan Hendrar Prihadi sudah disiapkan panggung festival HAM dimana Kota Semarang terpilih menjadi tuan rumah festival tersebut.

"Mereka sudah disediakan panggung nyaman dibayar dengan uang rakyat dalam festival HAM, kenapa masih juga mau mengambil panggung rakyat," paparnya.

Baca Juga: Perintah Moeldoko, KSP Siap Jadi Rumah Terakhir Penyelesaian Pengaduan Masyarakat

Dia menegaskan, massa aksi kamisan Semarang melakukan aksi berdasar pada cerita rakyat dalam dua hari festival rakyat 16-17 November yang menyatakan sikap dengan jelas.

"Salah satunya gerakan rakyat berhenti kooperatif terhadap Rezim Kapitalisme Oligarki. Termasuk memberi panggung kepada para Oligarki," imbuhnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, Aksi Kamisan Semarang menuntut kepada pemerintah untuk segera berhenti melakukan perampasan ruang hidup warga dan merusak lingkungan hidup warga.

"Selain itu, dia juga meminta agar pemerintah berhenti memeras keringat buruh untuk membuat yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin, " ujarnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More