Belasan tahun menjadi penghobi dan peternak merpati, banyak suka duka yang sudah dialami Yunius. Salah satu sukanya adalah jika merpati miliknya meraih juara di lomba.
"Kalau bisa juara itu membanggakan saya sebagai pemilik. Apalagi kalau merpatinya hasil ternakan sendiri," ucapnya.
Sementara dukanya, ujar Yunius, ketika ada merpati yang hilang. Risiko kehilangan ini kerap terjadi ketika sedang mengikuti lomba.
"Kita ikut lomba merpati itu kan terus berganti-ganti tempatnya. Di mana ada lomba nasional kita hadiri. Biar tidak hilang, kita harus hati-hati. Sebagai makhluk hidup, mereka memiliki pikiran. Jadi ada saat-saat tertentu dia ngambek, capek. Kalau dipaksa terus ngambek, dia rawan hilang," kata dia.
Yunius pernah beberapa kali kehilangan merpati miliknya. Dia sampai membuat sayembara dengan hadiah puluhan juta rupiah demi bisa menemukan kembali merpati yang hilang.
"Saya pernah buat sayembara merpati bernama Angin Hitam. Dari 2019 sampai sekarang belum ketemu. Kalau ketemu saya kasih Rp30 juta. Sebelumnya saya buat sayembara merpati Bola Emas hadiahbRp30 juta, ketemu," ujarnya.
Baru-baru ini, jumlah merpati yang dirawat Yunius bertambah. Ini setelah dia bersama tiga orang sesama penghobi merpati membeli merpati bernama Rampok dengan harga Rp2 miliar. Merpati kolong yang dibeli dari seorang warga Bekasi itu harganya fantastis karena selalu juara di lomba.
"Terkait harga merpati kenapa bisa fantastis, itu banyak faktor yang menentukan. Misal kredibilitas atau kemampuan peternaknya, materi untuk ternak, dan perawatan. Kemudian kiprah peternak dalam mengikuti lomba merpati di berbagai tempat, berapa banyak prestasinya," jelasnya.
Menurut Yunius, Jawa Tengah, khususnya Tegal, Brebes dan Pekalongan merupakan barometer bagi penghobi merpati di Indonesia. Di tiga daerah itu kerap digelar lomba merpati kolong dengan hadiah fantastis, seperti mobil dan diikuti banyak penghobi merpati dari luar kota.
Baca Juga: Menurut Ahli Primbon Jawa, Ini 7 Tanda Jodoh Semakin Dekat
"Jadi ketika ada merpati dari manapun datang dan bisa menjuarai event di Tegal, atau Pekalongan itu pasti harganya melambung dan banyak diburu penghobi merpati," ujar dia.
Yunius menyebut permainan merpati adalah budaya yang hanya ada di Indonesia. Kekhasan itu menurtunya harus dijaga agar tidak diklaim negara lain.
"Siapa tahu pemerintah mau melirik karena ini budaya asli Indonesia. Jangan sampai nanti setelah makin luas, negara tetangga ikut, nanti diklaim," ucapnya.
Kontributor : F Firdaus
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota