SuaraJawaTengah.id - Bahasa Banyumasan atau yang akrab disebut dengan Bahasa Ngapak sudah tak asing didengar, khususnya masyarakat Jawa Tengah.
Ngapak memang sudah melekat kuat sebagai dialeg sehari-hari warga Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Bahkan logat ngapak seakan tak bisa dihilangkan saat berbincang dengan masyarakat luar Banyumas Raya.
Namun siapa sangka, bahasa ngapak ternyata dibawa warga Suku Kutai di Kalimantan Timur. Mereka menetap di Jawa Tengah dengan mendirikan sebuah kerajaan bernama Kerajaan Galuh Purba.
Hal itu diungkapkan ahli bahasa asal Belanda, E. Muhlenbeck seperti diwartakan Solopos.com--jaringan Suara.com dan dilansir dari video di kanal Youtube Ngapak yezz tentang Sejarah Bahasa Ngapak Banyumasan.
Baca Juga: Viral Pernyataan Bupati Banyumas Soal OTT KPK, Legislator PPP: Butuh Dijelaskan
Kerajaan ini diyakini berdiri jauh sebelum Kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam di lereng Gunung Slamet.
Kerajaan ini merupakan kawasan yang merdeka dan tidak berada di bawah kekuasaan manapun yang lebih besar. Hal inilah yang membuat Bahasa Jawa Banyumasan alias Ngapak dinilai otentik karena tidak terpengaruh dengan modernisasi Bahasa Jawa yang diciptakan oleh Kerajaan Mataram Kuno maupun Mataram Islam.
Bahasa Ngapak yang merupakan dialek khas warga wilayah Banyumasan, Jawa Tengah, ternyata berasal dari percakapan warga Suku Kutai, Kalimantan Timur. Bahasa ini banyak dipakai oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Purbalingga.
Selain menetap di Jawa Tengah, suku Kutai yang berasal dari Kalimantan Timur itu juga menetap di sebagian wilayah Jawa barat, seperti Cirebon dan sekitarnya serta Banten Utara. Maka tidak heran, warga yang berasal dari kawasan ini memiliki logat atau dialek medhok yang hampir sama
Selain memiliki dialek bahasa yang unik, warga Banyumas juga memiliki jenis kesenian khas yang unik pula, seperti Kesenian Jaran Ebeg dan Jemblung.
Baca Juga: Viral Pernyataan Bupati Banyumas Soal OTT, Legislator Demokrat: Itu Mengkebiri KPK
Berita Terkait
-
Menikmati Mendoan, Cita Rasa Banyumas yang Tak Lekang oleh Waktu
-
Siapa Mumpuni Handayayekti? Ustazah Muda dengan Logat Ngapak yang Pengajiannya Viral
-
Azmi Pandemi 'Xa Wang Xie Na Wang': Asimilasi Budaya Ngapak dan Tionghoa yang Sarat Makna
-
Ada Motif Rumah Adat Julang Ngapak di Kebaya Lamaran Aaliyah Massaid, Ini Artinya
-
Jazz Gunung Slamet 2024: Perkuat Pertumbuhan UMKM di Wanawisata Baturraden
Terpopuler
- Apa Sanksi Pakai Ijazah Palsu? Razman Arif dan Firdaus Oiwobo Diduga Tak Diakui Universitas Ibnu Chaldun
- Aset Disita gegara Harvey Moeis, Doa Sandra Dewi Terkabul? 'Tuhan Ambil Semua yang Kita Punya...'
- Ragnar Oratmangoen: Saya Mau Keluar dari...
- Ragnar Oratmangoen Tak Nyaman: Saya Mau Kembali ke Belanda
- Bagaimana Nih? Alex Pastoor Cabut Sebulan Sebelum Laga Timnas Indonesia vs Australia dan Bahrain
Pilihan
-
Rusuh Persija vs Persib: Puluhan Orang Jadi Korban, 15 Jakmania, 22 Bobotoh
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
Persija vs Persib Bandung, Ridwan Kamil Dukung Siapa?
-
Jordi Amat Bongkar Dugaan Kasus Pencurian Umur: Delapan Pemain..
Terkini
-
Tanpa Anggaran Daerah, Retret Kepala Daerah di Akmil Magelang Ditanggung APBN
-
BRI Semarang dan PSMTI Jateng Gelar Aksi Donor Darah
-
Waspadai Leptospirosis di Musim Hujan: Gejala dan Tips Pencegahan
-
SDN Klepu 03 Cetak Sejarah, Pertahankan Gelar Juara di MilkLife Soccer Challenge Semarang 2025
-
PSIS vs PSM: Mahesa Jenar Siap Bangkit di Jatidiri, Akhiri Tren Negatif!