SuaraJawaTengah.id - Para perajin tempe dan tahu yang menggunakan bahan baku kedelai se Pulau Jawa secara serentak mogok operasi tiga hari kedepan terhitung mulai hari ini. Hal ini sebagai bentuk protes karena tingginya bahan baku kedelai dan minyak goreng di seluruh wilayah di Indonesia.
Namun, perajin Tahu Kaliputih, Kelurahan Purwokerto Wetan, Kecamatan Purwokerto Timur terpaksa tetap beroperasi karena untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pemilik pabrik tahu putih, Teguh (40) mengungkapkan dirinya terpaksa berseberangan dengan rekan se profesinya. Ia tidak memiliki pilihan karena harus tetap menghidupi keluarganya dengan tetap berproduksi tahu putih dan tahu goreng.
"Ya kalau memang tidak boleh jualan di pasar tidak masalah. Kan saya punya lapak juga di Pasar Wage. Karena kan memang di sana ada kesepakatan untuk 3 hari ke depan tidak berjualan. Kalau aku tidak jualan ya dapurku tidak ngebul," katanya saat ditemui Suara.com, Senin (21/2/2022).
Hal ini, menjadi satu alasan yang membuat dirinya tetap harus berproduksi. Walaupun memang, produk tahu nya tidak di pasar kan ke penjual. Para pembeli datang dari konsumen langsung.
"Ya ada pelanggan tetap datang ke sini dari pagi. Cetal-cetil, tapi tidak bisa untuk dijual lagi. Langsung ke konsumen terakhir," jelasnya.
Salah satu alasannya karena, ia memperkecil ukuran untuk memangkas ongkos produksi. Misalkan, untuk harga yang biasa dijual Rp300 an jadi dengan harga Rp500.
"Ukuran saya perkecil. Jadi biasa yang satu kali masak sekarang harga Rp 500 dari sebelumnya harga Rp 300 sekian jumlahnya saya lebihkan," terangnya.
Menurutnya harga kedelai sudah terasa naik sejak awal Januari 2022 lalu. Namun naiknya secara bertahap dari harga normal Rp 9.500 jadi sekarang mencapai Rp 12.000 per kilogram.
Baca Juga: Tahu dan Tempe Menghilang dari Pasar Tradisional di Kota Cimahi
"Bahkan sebelum pandemi itu Rp 7.000, tapi naik secara bertahap. Setiap harinya naik dari Rp 50 sampai Rp 100, hingga harga sekarang ini," tuturnya.
Sejak awal produksi dari tahun 1968, menurutnya ini menjadi salah satu tahun terberat. Karena selain harga kedelai yang melambung, ditambah dengan harga minyak goreng yang turut naik.
"Sebenarnya stok itu ada, tidak sulit. Hanya saja harganya memang tinggi banget. Minyakpun kita pakai yang curah, dapatnya tidak sulit, hanya saja harganya memang tinggi," tandasnya.
Ia berharap, pemerintah bisa segera menyetabilkan harga kembali agar ongkos produksi tidak tinggi. Karena hal ini berdampak pada pemasukkan para perajin tahu dan tempe yang berbahan baku kedelai.
Kontributor : Anang Firmansyah
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota