SuaraJawaTengah.id - Polemik terkait terbitnya Surat Edaran dari Kementerian Agama, tentang aturan penggunaan pengeras suara di Masjid dan Musala, mendapat tanggapan dari Annas, salah satu pengurus masjid di Kecamatan Ngaliyan, Semarang Barat.
Annas yang telah tiga tahun menjadi pengurus masjid, tak mempermasalahkan terkait SE yang dikeluarkan oleh Kemanag mengenai penggunaan pengeras suara.
"Iya kemarin sempat tahu ada rame-rame soal pengeras suara dari kementerian," ungkap Annas kepada Suara.com di Semarang, Sabtu (26/02/22)
Menurut Annas, selama ini masjid yang ia kelola telah menggunakan dua jenis pengeras suara yakni pengeras suara luar atau toa dan pengeras suara bagian dalam atau sound.
" Jadi ada dua pengeras suara yang digunakan dalam sama luar,"kata Annas.
Ia menjelaskan, dua jenis pengeras suara pada masjid yang ia kelola juga memiliki kegunaan masing-masing. Seperti penggunaan pengeras suara luar / toa, digunakan ketika adzan pertama dan sound bagian akan dimatikan terlebih dahulu.
Lebih lanjut Annas menerangkan, sound bagian dalam akan digunakan ketika sholat berjamaah , dengan tujuan supaya jemaah yang barada jauh dari imam dapat mendengar. Namun, dengan catatan pengeras suara luar/ toa dimatikan terlebih dahulu.
" Untuk akustik (sound) mengikuti kebutuhan, kalau perlu toa ya cukup toa aja yang diaktifkan tapi kalau cukup pakai sound dalam toa di offkan,"jelasnya.
Annas menambahkan, menyoal perawatan sound di masjid yang ia kelola juga tak memerlukan perawatan khusus.
"Perawatan ya seperti pada umumnya saja paling cuma dicek suara masih oke ga, dibersihin.Selama tidak ada masalah sparepart ya tidak ada perawatan khusus,"imbuhnya.
Berbeda dengan Kholit, pengurus masjid di daerah Mijen, Semarang Barat. Dirinya kurang sependapat dengan aturan yang dikeluarkan oleh Kemenag, lantaran setiap masjid memiliki aturan masing-masing mengenai kebutuhan pengaras suara.
"Kalau masjid disini kan agak jauh sama rumah warga, makanya kalau dibilang suaranya keras ya memang keras tapi kami bisa masih menyesuaikan seberapa kerasnya,"ungkapnya.
Selain itu, mengenai lama waktu adzan yang hanya dibatasi maksimal 5 menit, Kholid menjelaskan tidak ada aturan baku mengenai berapa lama pengeras suara digunakan.
"Apalagi ada aturan maksimal toa nyala hanya 5 menit,itu tidak ada aturan bakunya. Kalau adzan memang tidak ada 5 menit tapi kalau puji-pujian kan bisa lebih 5 menit sembari nunggu jemaah datang,"terang Kholid.
Dari informasi yang dihimpun Suara.com berdasarkan data dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jateng total masjid di Jateng yakni 48.974 dan Musholla di Jateng 86.575 .
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota