Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 01 Maret 2022 | 11:42 WIB
Presiden Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam peresmian dua pembangkit listrik tenaga air besutan di Sulawesi besutan Kalla Group di Poso, Sulawesi Tengah, Jumat (25/2/2022). [ANTARA/YouTube-Sekretariat Presiden]

SuaraJawaTengah.id - Transaksi ekspor menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden menyebut akan stop ekspor seluruh bahan mentah

Presiden Jokowi menekankan bahwa transformasi ekonomi dimulai dari hilirisasi industri yang tidak lagi mengandalkan ekspor bahan mentah, melainkan pada ekspor barang setengah jadi atau barang jadi.

"Sejak zaman VOC 400 tahun yang lalu, kita mengirim bahan mentah, sampai sekarang juga mentah. Itu harus kita stop, stop, stop. Kita tidak dapat apa-apa," tegas Presiden dikutip dari ANTARA di Jakarta Timur, Selasa (1/3/2022).

Presiden menjelaskan bahwa sejak 400 tahun lalu, Indonesia hanya mengandalkan penjualan bahan-bahan mentah, baik komoditas tambang, hingga pertanian dan perkebunan.

Baca Juga: Nasdem Ogah Bicarakan Wacana Pemilu 2024 Ditunda, tapi Singgung Soal Perpanjangan Masa Jabatan Jokowi

Menurut Presiden Jokowi, penjualan bahan mentah tidak menghasilkan nilai tambah bagi Negara, termasuk pada penciptaan lapangan kerja dari industrialisasi, bea keluar, PPN hingga Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Oleh sebab itu, Kepala Negara memerintahkan untuk menghentikan ekspor nikel sejak 2020. Kemudian pada tahun ini, Indonesia juga berencana stop ekspor bauksit.

Presiden mengakui bahwa rencana kebijakan larangan ekspor bauksit ini berpotensi mendapatkan sanksi dari Uni Eropa.

Namun, langkah tersebut diperlukan agar Indonesia bisa mendapatkan nilai tambah melalui pengolahan bahan mentah, seperti nikel, bauksit dan tembaga.

"Ini yang namanya transformasi ekonomi. Nikel dulu, meskipun kita masih dibawa WTO, digugat oleh Uni Eropa. Kalau kita tidak berani mencoba seperti itu, tidak berani melakukan seperti itu, sampai kapan pun yang kita kirim hanya bahan mentah," kata Presiden.

Baca Juga: Sebut Rakyat Trauma dengan 32 Tahun Orde Baru, Pengamat: Kekuasaan Yang Makin Kuat Relatif Tidak Bisa Dikontrol

Transformasi ekonomi melalui industrialisasi, kata Presiden, dilakukan agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya bertumpu pada sektor konsumsi yang berkontribusi sebesar 56-58 persen.

Load More