Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 07 Maret 2022 | 17:27 WIB
Stok LPG non subsidi di PT Sarana Patra Gasindo pada Senin (7/3/2022). Kenaikan Harga LPG non subsidi dikeluhkan pelaku usaha kuliner di Banjarnegara, Jawa Tengah. Mereka bahkan mulai beralih menggunakan gas LPG 3 kilogram dengan harga yang lebih terjangkau.[Suara.com/Citra Ningsih]

SuaraJawaTengah.id - Kenaikan Harga LPG non subsidi dikeluhkan pelaku usaha kuliner di Banjarnegara, Jawa Tengah. Mereka bahkan mulai beralih menggunakan gas LPG 3 kilogram dengan harga yang lebih terjangkau. 

Selama tiga bulan, harga gas LPG non subsidi mengalami kenaikan dua kali yakni pada 25 Desember 2021 dan pada 27 Februari tahun 2022. Dengan demikian, harga non subsidi 5,5 kilogram saat ini mencapai Rp90 ribu per tabung. 

Supervisor Koordinator LPG PT Sarana Patra Gasindo, Arif Dwi Herlianto mengatakan, PT Pertamina kembali menaikkan arga gas non subsidi untuk kemasan 5,5 kilogram dan 12 kilogram. 

"Kenaikkan gas LPG non subsidi ini dilakukan pertama pada 25 Desember 2021 dan 27 Februari 2022. Untuk gas 5,5 kilogram kenaikan harga Rp13 ribu sedangkan kemasan 12 kilogram naik Rp25 ribu,"ungkapnya, Senin (7/3/2022). 

Baca Juga: Jadi Pelaku Penipuan Minyak Goreng, Oknum PNS di Banjarnegara Terancam Dipecat

Kemudian, pada 27 Februari 2022, kemasan gas LPG 5,5 kilogram naik lagi sebesar Rp12 ribu dan kemasan 12 kilogram naik Rp24 ribu. 
"Sehingga, harga gas kemasan 5,5 kilogram saat ini adalah Rp90 ribu dan gas LPG kemasan 12 kilogram menjadi Rp190 ribu per tabung,"katanya. 

Dengan kenaikan harga gas non subsidi ini membuat para pelaku usaha kuliner kelimpungan. Pasalnya, harga gas non subsidi yang biasa dipakai nyaris mengalami kenaikan dua kali lipat. 

Salah satu penjual Soto Semarang di taman kota Banjarnegara, Alviatun mengatakan, terjadinya kenaikan gas non subsidi saat ini sangat berdampak pada usahanya. 

Ia bahkan bingung lantaran tingginya harga gas yang naik dua kali dalam tiga bulan terakhir. Disisi lain, dia tidak bisa menaikkan harga soto karena takut kehilangan pelanggan. 

"Tentu sangat berdampak, solusinya mungkin menaikkan harga tapi kalau saya tidak bisa. karena pelanggan soto sini kan kebanyakan anak kos, anak sekolah, kasian kalau dinaikkan, jadi saya tetap memilih bertahan dengan harga soto saat ini,"katanya. 

Baca Juga: Kerugian Kasus Penipuan Minyak Goreng di Banjarnegara Capai Miliaran Rupiah

Untuk bisa menjalankan usahanya, Alviani memutuskan untuk beralih menggunakan gas LPG 3 kilogram sebagai selingan. Sebelumnya, dia menggunakan gas LPG non subsidi kemasan 5,5 kilogram.

"Ya pakai gas melon juga sekarang, buat membantu karena harganya sekarang Rp90 ribu kan,"ujarnya. 

Dalam sehari, kebutuhan gas untuk usahanya sekitar 4 tabung kemasan 5,5 kilogram. Ia berharap, harga gas non subsidi dapat kembali turun seperti sebelumnya karena harga saat ini dirasa sangat memberatkan. 

"Berharap bisa turun harga lagi, kalau harga yang sekarang jujur aja berat,"pungkasnya. 

Kontributor : Citra Ningsih

Load More