Ronald Seger Prabowo
Minggu, 27 Maret 2022 | 10:59 WIB
Kondisi Bangunan Sarekat Islam Semarang tampak lengang dari luar. [Suara.com/Anin Kartika]

Ketika itu, Sarekat Kere ditakuti kolonial yang berada di Indonesia. Sebab, Sarekat Kere melawan tindakan-tindakan yang tidak adil dari golongan the have (Eropa).

"Ketika itu Eropa menguasai ekonomi Indonesia," terang Dewi.

Menurutnya, saat itu Sarekat Kere berjuang untuk kemajuan kehidupan kaum miskin khususnya yang tidak mempunyai harta. 

Sarekat Kere beranggotakan dari Bumiputera (Indonesia) dan Cina dengan satu syarat tak mempunyai harta. Orang kaya hanya boleh sebagai donatur.

"Mereka para orang kaya tidak punya suara dan pengaruh di Sarekat Kere," tuturnya.

Dewi menduga, dulunya Kantor Sarekat Kere berada di Gedung Sarekat Islam Semarang. Sementara pembentukan Sarekat Kere di rumah Partoatmodjo yang juga anggota Sarekat Islam

Hingga akhirnya pada tahun 1925, terjadi pemogokan Buruh di Pelabuhan Semarang. Pemerintah kolonial memberlakukan pasal 161 yang berisi bahwa pemerintah dapat menindak dan memenjarakan siapa saja yang dianggap merusak stabilitas pemerintahan kolonial.

Semenjak itu, banyak anggota Sarekat Kere yang ditangkap bahkan diasingkan karena dianggap berbahaya bagi kolonial.

Dewi mengungkapkan, kegiatan Sarekat Kere sering berlawanan dengan kebijakan kolonial. Sehingga, banyak pemimpin Sarekat yang ditangkap, dipenjara, dan diasingkan. Imbasnya, periode itu merupakan masa redup gelora perserikatan pada era kolonial.

Baca Juga: Kisah Hotel Dibya Puri, Dulu Termegah di Semarang dan Tempat Syuting Film Ayu Azhari, Kini Kondisinya Memprihatinkan

"Karena banyak anggota sarekat yang di tangkap perlahan persarekatan seperti SI dan SE tak semasif sebelumnya," imbuh Dewi. 

Kontributor : Aninda Putri Kartika

Load More