Ronald Seger Prabowo
Rabu, 30 Maret 2022 | 21:11 WIB
Sejumlah siswa dan pegawai Museum Ronggowarsito membersihkan demang dan kenong Gamelan Pakurmatan. [Suara.com/Anin Kartika]

SuaraJawaTengah.id - Museum Ronggowarsito menyimpan Gamelan Pakurmatan yang berusia ratusan tahun dan sarat akan sejarah Kota Semarang.

Gamelan Pakurmatan merupakan gamelan milik Bupati pertama Semarang  yakni Ki Ageng Pandan Arang atau yang kerap dikenal sebagai Sunan Pandanaran.

Pamong Budaya Ahli Muda Museum Jawa Tengah Ronggowarsito, Laela Nurhayati mengungkapkan Gamelan Pakurmatan dibuat sekitar tahun 1800an. 

Gamelan tersebut selalu dimainkan menjelang bulan Ramadhan pada zaman dahulu dan hanya dimainkan untuk menyambut tamu-tamu kehormatan

"Dulu gamelan ini hanya dimainkan pada hari hari khusus saja, biasanya mengiringi tembang-tembang jawa," ungkap Laela kepada SuaraJawaTengah.id di Semarang, Rabu (30/03/22).

Laela menceritakan, Gamelan Pakurmatan milik Bupati Semarang pertama sebelumnya disimpan di dalam masjid Kanjengan. 

Namun, pada tahun 1975 lalu Gamelan legendaris tersebut dititipkan ke musem Ronggowarsito agar mendapatkan perawatan agar tak rusak termakan usia. 

"Dititipkan ke museum itu tahun 75 sama pemerintah waktu itu, karena itukan ada nilai historinya makanya dibawa kesini biar terawat," jelas Laela. 

Lebih lanjut Laela menuturkan, Gamelan Pakurmatan atau Gamelan Kanjengan memiliki keunikan ornamen, lantaran adanya akulturasi kebudayaan Tionghoa dan kebudayaan Jawa yang terukir pada gambang. 

Baca Juga: PT KAI Tutup Lokasi Tes Antigen di Lima Stasiun Daop Semarang

Pada ujung gambang Gamelan Pakurmatan, memiliki ornament berbentuk kepala anjing Foo  yang melambangkan kemakmuran, kesuksesan dan perwalian menurut kebudayaan Tionghoa. 

"itu kan ujungnya ada bentuk anjing Foo yang merupakan kepercaya budaya Tionghoa, jadi bisa disimpulkan ada percampuran dua budaya ketika pembuatan gamelan," terang Laela. 

Laeala menambahkan, gamelan Pakurmatan saat ini yang tersimpan di masjid kanjengan merupakan replika dan masih digunakan ketika acara menjelang Ramadhan. 

"Kalau ada dugderan itu masih dipakai, tapi itukan replikanya," katanya. 

Ia menuturkan, untuk menghormati Gamelan Pakurmatan pihaknya kerap membersihkan perangkat gamelan seperti kenong dan demung setiap menjelang bulan Ramadhan. 

Cara membersihkannya juga tak sembarang, yakni menggunakan cairan khusus yakni air sulingan aquades untuk mencuci dan dibalur cairan lapisan atau coating. 

Load More