SuaraJawaTengah.id - Setelah dua tahun kondisi perekonomian hancur dihajar pandemi, perajin oleh-oleh khas Banyumas, jenang jaket menyambut lebaran dengan memperbanyak jumlah produksi.
Para perajin ini percaya diri menambah stok produksi dua kali lipat lebih dibandingkan dua tahun ke belakang.
Alasannya, untuk tahun ini sudah pemerintah sudah melonggarkan aturan untuk para pemudik bisa berlebaran di kampung halaman. Para pengusaha ini optimis tahun ini penjualan bisa mendekati normal.
"Kita tetap menyiapkan. Optimis bahwa ini kan sudah mulai normal jadi kita menyiapkan dagangan. Kita harapkan ramai pengunjung yang pada mudik," kata pengurus toko Jenang Jaket Salimin Purwokerto, Napsiah (54) saat ditemui, Selasa (26/4/2022).
Sebelum massa pandemi, biasanya tempat oleh-oleh ini dalam sehari bisa memasak sebanyak lima kali. Dalam sekali masak bisa menghasilkan 160 bungkus jenang jaket berisi 16 biji.
"Periode 2005-2010 itu bisa 20 masakan perhari. Tetapi setelah 2017 paling ya 5 kali masakan perharinya. Tapi ini sih masih satu kali masak perhari. Mungkin mulai besok sudah dua kali masak," jelasnya.
Jenang jaket sendiri sudah ada sejak tahun 1980 an. Sejak saat itu, jajanan ini menjadi oleh-oleh yang kerap dibawa oleh para pemudik selain getuk goreng dan tempe mendoan.
"Pembelinya itu ada dari luar Jawa, terus Semarang, paling banyak sih Jabodetabek. Kalau dibawa pulang bisa bertahan satu minggu kalau sudah masuk packing," terangnya.
Ada berbagai macam harga jenang jaket. Tergantung dari ukuran dan jenisnya. Untuk satu bungkus jenang jaket polos dengan isi 16 biji dihargai Rp16 ribu. Sedangkan untuk jenang wijen dihargai Rp17 ribu.
Baca Juga: Resep Sambal Goreng Kentang Paling Gampang
"Tapi bisa juga beli perkilogram, harganya Rp32 ribu untuk yang polos dan Rp34 ribu yang jenis wijen jadi ada dua macam jenis pilihan," tuturnya.
Senada dengan Napsiah, Feri perajin jenang jaket asal Desa Lesmana, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, yang sudah menjalani usaha rumahan jenang jaket turun temurun mengaku kebanjiran pesanan ke Jawa Barat jelang lebaran.
"Sebelum puasa produksi jenang sekitar 2 ton memasuki puasa dan jelang lebaran produksi naik antara 8-10 ton. Pengiriman ke Karawang dan Bekasi. Harapan kami virus corona benar-benar hilang agar pelaku usaha bisa bangkit serta harga migor diturunkan karena produksi jenang menggunakan migor," katanya
Sementara itu, Haris (25) pemudik asal Jakarta yang sudah tinggal selama empat tahun di Purwokerto mengaku membeli jenang jaket untuk oleh-oleh keluarga istrinya.
"Setiap tahun saya beli ini. Tapi baru pertama kali langsung beli ke toko yang sekaligus memproduksi. Biasanya beli di toko-toko saja. Tapi temen rekomendasi kesini," tutupnya.
Kontributor : Anang Firmansyah
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
Terkini
-
Fortuner 2024 vs Pajero 2024? Ini 7 Perbandingan Kedua Mobil Tersebut
-
BRI Diapresiasi atas Peran Strategis dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan
-
Dari Reruntuhan Menuju Harapan, Kementerian PU Bangun Kembali Ponpes Darul Mukhlisin Pascabanjir
-
10 Wisata Jepara Terpopuler yang Wajib Kamu Kunjungi Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
BRI Blora Berbagi Kebahagiaan di HUT ke-130: Santunan untuk Anak-anak SLB Negeri Japon