SuaraJawaTengah.id - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membentuk tim unit reaksi cepat guna mencegah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang saat ini menjangkiti ribuan ternak sapi di Jawa Timur.
"Tim ini bertugas melakukan penyekatan lalu lintas hewan di perbatasan dan melakukan penanganan kasus PMK di Jateng," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jateng Agus Wariyanto dikutip dari ANTARA di Semarang, Kamis (12/5/2022).
Ia menjelaskan bahwa pembentukan tim Unit Reaksi Cepat PMK itu atas instruksi Kementerian Pertanian dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Menurut dia, wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Jatim akan dilakukan pengawasan secara ketat dan jika ditemui hewan ternak bergejala PMK di perbatasan akan dilakukan penghentian dan pemulangan.
"Tim URC PMK dibentuk untuk memantau terkait lalu lintas ternak yang masuk di perbatasan. Tempo hari, kami memulangkan dua truk hewan ternak dari Probolinggo (Jatim) yang hendak ke Tasikmalaya (Jabar) karena menunjukkan gejala PKM, kami juga melakukan informasi dan edukasi, bahwa PMK ini bisa disembuhkan," ujarnya.
Ia menyebut pada perbatasan Jateng-Jatim terdapat beberapa pos pantau yang disiagakan di antaranya, cek poin Lasem, Cepu, Banaran, Selogiri (Wonogiri), dan Cemoro Sewu-Tawangmangu (Karanganyar).
"Jawa Tengah sendiri telah bebas dari PMK sejak 1990, adapun episentrum PMK yang menyerang di 2022 berasal dari empat wilayah di Jatim yakni, Gresik, Mojokerto, Lamongan dan Sidoarjo," katanya.
Kendati demikian, Agus tidak menampik ada temuan kasus PMK di Jateng, namun memastikan telah menerapkan pola isolasi dan penyembuhan agar tidak menular, sedangkan tingkat kematian PMK tergolong rendah dan pada kasus yang pernah melanda Jateng pada 1980-an, tingkat kematiannya hanya 5-10 persen.
Ia menegaskan PMK yang menyerang sapi, kambing, domba bisa disembuhkan dan produk daging dari hewan-hewan ternak tersebut masih bisa dikonsumsi.
Baca Juga: Muhadjir Effendy Sebut Covid-19 Peringkat 14 Penyebab Kematian di Indonesia, Kanker Paling Tinggi
"Meskipun dagingnya bisa dikonsumsi, tapi PMK bisa menurunkan harga jual hewan maupun produk hewan berkuku belah ini karena jika terserang PMK nafsu makan hewan, yang akan menurunkan bobot atau produksi susu. Hati-hati pada bagian moncongnya yang mengalami luka lepuh atau berliur serta saluran cerna (jangan dimakan). Virus ini tidak menular ke manusia, jangan khawatir ini tidak seperti COVID-19," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Didukung BRI, Flyover Sitinjau Lauik Hadirkan Akses Lebih Aman dan Efisien di Sumatra Barat
-
Balas Dendam Akademis Uya Kuya: Rumah Dijarah Akibat Hoax, Kini Lulus S2 Hukum IPK 3,72
-
15 Tempat Wisata di Kebumen dan Sekitarnya yang Cocok untuk Libur Sekolah dan Tahun Baru
-
Sambut Natal Penuh Suka Cita, BRI Renovasi Gereja Kristen Jawa Purwodadi
-
Ancaman Krisis Finansial Intai Gen Z, Melek Asuransi Jadi Kunci Resolusi Tahun Depan