Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 04 Agustus 2022 | 08:02 WIB
KRI Spica 934 saat hendak bersandar di Dermaga Samudera 2 Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang, Rabu (03/08/22).[Suara.com/Aninda Putri]

SuaraJawaTengah.id - Sebuah kapal dengan nomor lambung 934 bersandar di Dermaga Samudera 2 Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang. Kapal itu berwarna abu-abu dan dilengkapi berbagai persenjataan lengkap.

Sejumlah orang berseragam doreng juga terlihat bersliweran di atas kapal tersebut. Tulisan KRI Spica juga tertempel secara permanen pada salah satu sudut kapal tersebut.

Kapal itu merupakan satu di antara alutista yang dimiliki Corp TNI AL untuk menjaga wilayah perairan Indonesia.

KRI Spica juga pernah didaulat sebagai kapal yang memiliki peralatan tercanggih yang dimiliki Indonesia.

Baca Juga: KRI Dewaruci dan Laskar Rempah Diharapkan Jadi Penggerak Pemajuan Kebudayaan Indonesia

Lebih mendekatkan ke buritan belakang KRI Spica, beberapa anggota TNI AL bersiap mengeluarkan sebuah alat.

Bentuk alat yang tengah dikeluarkan anggota TNI AL tersebut menyerupai torpedo, dengan balutan cat berwarna oranye.

Awak KRI Spica itu mengeluarkan alat tersebut secara perlahan dengan cara menempatkan pada rel khusus.

Setelah keluar dari kontainernya secara sempurna, benda tersebut diperkuat menggunakan sejumlah pengait.

Di badan benda itu tertulis Hugin, dan pada ekornya tertempel tulisan Kongsberg.

Baca Juga: Menteri Nadiem Lepas Kapal Muhibah Jalur Rempah Nusantara

Benda itu merupakan fitur utama pada KRI Spica, yang membuat kapal tersebut diklaim sebagai kapal tercanggih di Asia.

Sang komandan KRI Spica, Letkol Laut (P) Indragiri, juga mengawasi kala benda tersebut dikeluarkan dari kontainernya.

Sembari memberi perintah ke anggotanya, Letkol Laut (P) Indragiri, berujar benda tersebut adalah Autonomous Underwater Vehicle (AUV) bertipe Kongsberg Maritimes Hugin 1000.

"AUV ini adalah kapal selam mini tanpa awak, perangkat ini sering disebut Remotely Operated Vehicle (TOV). Dan bisa menjalankan misi survei bawah air hingga kedalaman 1.000 meter," ucapnya kepada SuaraJawaTengah.id, Rabu (03/08/22).

Di tengah kesibukannya, ia menerangkan KRI Spica adalah kapal berjenis Multi Purpose Research Vessel (MPRV) atau kapal riset dan survei.

"KRI Spica dibuat di galangan OCEA, Les Sables-d'Olonne, Prancis pada 2015 silam. Hingga kini hampir 7 tahun bertugas di perairan Indonesia," paparnya.

Bentuk Autonomous Underwater Vehicle (AUV) bertipe Kongsberg Maritimes Hugin 1000, fitur utama KRI Spica 934, saat dikeluarkan dari kontainernya oleh anggota TNI AL, Rabu (03/08/22). [Suara.com/Aninda Putri]

Tak hanya menjelaskan itu, ia menjelaskan mengenai tugas KRI Spica yang dilengkapi fitur AUV. Di mana tugas utama KRI Spica adalah pemetaan bawah laut.

"Dari 2015 KRI Spica telah melaksanakan berbagai misi dari pemetaan dasar lau, survei hingga misi pencarian. Seperti pencarian black box pesawat Lion Air di Laut Jawa beberapa waktu lalu, ekspedisi Jala Citra 2021 Aurora, dengan hasil penemuan beberapa gunung bawah laut Halmahera. Lalu sejumlah misi survei untuk memastikan keselamatan jasa navigasi laut," terangnya.

Letkol Laut (P) Indragiri juga menceritakan nama Spica diambil dari dari nama bintang yang paling terang pada rasi bintang Virgo, yaitu Spica.

Tak berhenti dengan penuturannya, ia mengajak lebih dalam membahas mengenai persenjataan yang ada pada KRI Spica.

Bahkan Kolonel Laut (P) Indragiri mengajak ke anjungan atas tempat sejumlah senapan berat terpasang.

Di anjungan atas bagian kanan dan kiri, terdapat senapan mesin berat yang disiagakan untuk menembak musuh.

"Kapal ini dipersenjatai dua senapan mesin berat berkaliber 12,7 milimeter, jangkauan senjata ini bisa menembus jarak 500 meter yang sangat efektif untuk serangan permukaan," jelasnya.

Kapal yang memiliki panjang 60 meter dengan lebar 11,3 meter, dan bisa mengangjut 47 awak itu, menjadi kapal Indonesia dengan tugas utama hidro oseanografi.

Masih di atas anjungan, Letkol Laut (P) Indragiri juga menunjukkan meriam besar yang terpasang di anjungan depan.

Menurutnya, meriam tersebut memiliki jangkauan pada jarak 3 kilometer dengan sistem automatis dan manual yang sangat efektif menembak sasaran.

"Senjata ini adalah meriam rheinmetall berkaliber 20 milimeter, hanya terpasang satu di depan," terang Letkol Laut (P) Indragiri.

Ia mengatakan sistem radar pada KRI Spica sudah ditunjang dengan perangkat single beam echo sounder jenis Kongsbergs EA600 dan multibeam systems EM2040 serta EM302. 

"Kapal ini bisa menjelajah jarak 4.400 nautical mile pada kecepatan 12 knots, dan mampu menghadapi gelombang laut sampai level sea state six," Imbuhnya.

Di atas kapal Kolonel Laut (P) Indragiri, menambahkan KRI Spica ditenagai dua mesin diesel 8V 4000 M53 untuk dua propeller, kapal ini bisa melaju hingga kecepatan maksimum 14 knots. 

"KRI Spica juga bisa menjelajah selama 20 hari tanpa berhenti dalam menjalankan berbagai tugas," tambahnya.

Kontributor : Aninda Putri Kartika

Load More