Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 04 Agustus 2022 | 08:51 WIB
Tim Mulung Parahita tengah mengumpulkan sampah plastik di Dermaga Samudera 2, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Rabu, (3/8/2022). [Dok Humas]

SuaraJawaTengah.id - Penangangan sampah hingga saat ini masih terpisah. Mulung Parahita mencoba ambil bagian dengan menjembatani para pemilah dan pengepul sampah agar berjejaring dalam aplikasi.

Analis sistem Mulung Parahita, Fika mengatakan, saat ini pihaknya fokus menyasar ibu rumah tangga. Menurutnya, ibu rumah tangga adalah aktor yang penting dalam upaya memilah sampah di tingkat rumah tangga.

"Pemilahan sampah adalah faktor penting dalam penanganan sampah. Termasuk juga kolektor," katanya dari keterangan tertulis yang diterima di Semarang Kamis (4/8/2022).

Fika melihat, selama ini aktor-aktor yang terlibat dalam pengelolaan sampah belum terorganisir dengan baik.

Baca Juga: Ternyata Segini Sampah yang Dihasilkan dari Penyelenggaraan Haji 2022

Ia menyebut, terkadang penerapan ekonomi sirkular dibiarkan saja.

"Kami ciptakan platform untuk menyatukan semua user. Kami ingin semua terjaring," katanya di tengah-tengah kegiatan The Rising Tide di Dermaga Samudera 2, Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Rabu, 3 Agustus 2022.

Sebagai informasi, The Rising Tide adalah kampanye lingkungan melalui solo Triathlon sejauh 1.293 km dari Bali menuju Jakarta selama 30 hari. Perjalanan tersebut dimulai pada 18 Juli 2022 hingga 17 Agustus 2022.

Mulung Parahita yang didukung Le Minerale kini masih terus berupaya menyosialisasikan gerakan ekonomi sirkular di sepanjang jalur yang dilalui kampanye The Rising Tide.

Fika menyebut, saat ini Mulung Parahita telah menjaring sebanyak 2.600 user. Mereka kebanyakan berbasis di Bali.

Baca Juga: Pelaku Pembunuhan Mayat Perempuan Dalam Karung di Area Pembuangan Sampah Ditangkap, Ini Kata Polisi

"Kami sediakan poin dari aplikasi. Setelah request jemput sampah, user dapat poin yang bisa ditukar tapcash. Bisa untuk belanja, isi bensin dan sebagainya," katanya.

Fika menyebut di Gianyar, para ibu rumah tangga antusias mengelola sampah plastik. Mereka bahkan bisa memeroleh jutaan rupiah dalam sebulan dari mengelola sampah.

"Untuk sampah botol plastik, 1 kg nilainya 3.000 poin atau Rp3.000," katanya.

Mulung Parahita telah bekerja dengan sejumlah perusahaan untuk memanfaatkan atau mendaur ulang sampah-sampah yang telah dikumpulkan.

Fika menyebut, Mulung Parahita juga akan bekerjasama dengan TNI AL untuk mengerahkan desa binaan dan keluarga besar TNI untuk terlibat aktif dalam kampanye mengelola sampah plastik.

Kota Semarang merupakan daerah penghasil sampah yang cukup besar, yaitu mencapai 1.270 ton sampah per hari. Sebanyak 900 di antaranya dikirim ke tempat pembuangan akhir atau TPA.

Pemerintah Kota Semarangh melalui Dinas Lingkungan Hidup atau DLH telah mendorong gerakan implementasi ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah hulu perkotaan.

"Sudah dilakukan DLH mulai dari pemilahan sampah dari rumah tangga untuk mengurangi 30 persen sampah yang dibawa ke TPA," kata Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Konservasi Lingkungan Hidup, DLH Kota Semarang, Didik Agung.

Ia menyebut, saat ini ada sekitar 480 bank sampah di Kota Semarang. Selain melakukan pembinaan, Pemkot juga menjembatani bank sampah dengan perusahaan mitra. 

Load More