
Selain itu menurut Siswandi, penyebab tutupnya usaha penggilingan tepung aren di Desa Tuksongo karena tidak terjadi regenerasi. “Anak-anak muda sudah nggak mau meneruskan itu. Pohonnya sekarang juga sudah habis.”
Alhasil sekarang Siswandi terpaksa membeli tepung aren jauh-jauh hingga ke Banjarnegara. Satu kilogram tepung aren dibelinya seharga Rp11.100.
Minimal seminggu 2 kali Siswandi membeli dan mengambil sendiri tepung aren ke Bajarnegara. Sekali keberangkatan dia mengangkut 1,5 ton tepung aren.
"Pokoknya kalau kira-kira sudah habis, ya ngambil. Satu kali ambil satu carry itu 1,5 ton. Harganya Rp16.650.000. Ambil sendiri nggak dikirim. Ongkos kirim ditanggung sendiri."
Setiap hari pabrik pembuatan soun milik Siswandi menghabiskan 400 kilogram tepung aren. Dari setiap 100 kilogram tepung, dihasilkan 70 kilogram soun kering.
Siswandi menjual satu bal soun seharga Rp125 ribu. Dia sudah memiliki pelanggan tetap di beberapa pasar di wilayah Magelang, Purworejo, bahkan sampai Wonosobo.
"Pokoknya kalau sudah ada 100 bal langsung kita kirim. Ada juga pembeli yang mengambil di rumah sekitar 10 sampai 20 bal per hari."
Siswandi mengaku tidak pernah menghitung secara pasti berapa omzetnya setiap hari. Yang jelas dari usaha ini dia mampu membeli beberapa bidang tanah dan menyekolahkan kelima anaknya hingga perguruan tinggi.
Pabrik pembuatan soun di areal seluas 2 ribu meter persegi ini, dibelinya dari menyisihkan sebagian keuntungan usaha. Siswandi juga masih memiliki lahan sawah seluas 10 ribu meter di bagian lain desa.
Baca Juga: Anak Kost Mesti Tahu! Begini Cara Menghentikan Ketagihan Mie Instan
Siswandi memulai usaha dari nol. Semua alat dan pengetahuan membuat soun berbahan tepung aren, dilengkapi dan dipelajarinya secara bertahap.
Proses membuat soun dimulai dari merendam tepung aren selama sehari semalam. Rendaman tepung kemudian diaduk tiap pagi dan sore selama 4 hari.
Sambil diaduk, larutan tepung dibersihkan dari kotoran sisa-sisa penggilingan aren. Larutan air yang bercampur tepung itu kemudian direbus.
Setelah mendidih, larutan perlahan akan menggumpal menjadi adonan lengket mirip papeda.
Adonan ini kemudian dipres menggunakan alat hidrolik berpenggerak motor listrik. Adonan yang keluar berupa sulur-sulur dihampar pada wadah panjang berbahan seng untuk dikeringkan dengan cara dijemur.
“Saya mulai dari nol pakai alat manual. Ngepresnya pakai hidrolik terus ganti pakai alat pres yang diputar. Terus maju lagi pakai alat pres listrik otomatis.”
Berita Terkait
Terpopuler
- Usai Jokowi, Kini Dokter Tifa Ungkit Ijazah SMA Gibran: Cuma Punya Surat Setara SMK?
- Jay Idzes Pakai Jam Tangan Rolex dari Prabowo saat Teken Kontrak Sassuolo
- Cari Bedak Murah yang Mengandung SPF? Cek 5 Rekomendasinya, Mulai Rp20 Ribuan
- 4 Rekomendasi Moisturizer Vitamin C untuk Wajah Cerah Bebas Flek Hitam, Harga Terjangkau
- Belanja Seru di BFF Festival 2025, Tiket Hemat 30% via BRImo
Pilihan
-
Sri Mulyani: Mengelola Anggaran Tanpa Transparansi Pasti Banyak Setan
-
Sempat Dikabarkan Meninggal, Wartawan Tuturpedia Selamat dan Dirawat di RSUD Soewondo
-
Ma'ruf Amin Tagih Utang ke Prabowo
-
Update Demo Pati: Kabar Wartawan Meninggal Tidak Benar, Dirawat di RSUD Soewondo
-
Demo Pati Ricuh: Gebang Kantor Bupati Nyaris Roboh, Polisi Tembakan Gas Air Mata
Terkini
-
Banjir Air Mineral di Alun-alun Pati: Balasan Menohok Warga Atas Ucapan Arogan Bupati Sudewo
-
Kantor Kejaksaan Dijaga TNI, Kajati Jateng Wanti-wanti: Jangan Arogan dan Sulitkan Warga!
-
Mahasiswa Temanggung Merapat! Beasiswa S1 Rp 6 Juta per Tahun dari Baznas, Kuota Masih Separuh!
-
Viral PBB Lansia Naik 400 Persen di Ambarawa, Kaget Setengah Mati Lihat Tagihan Tembus Rp872 Ribu
-
Semen Gresik Gandeng Warga Dowan Jadi Desa Tangguh Bencana: Ini Langkah Nyata yang Dilakukan!