Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 19 Agustus 2022 | 13:03 WIB
Kondisi Bendungan Pleret yang ada di Simongan Kecamatan Semarang Barat, Jumat (19/08/22). Bendungan terbesar merupakan bendungan pertama di Kota Semarang dan menjadi tempat pertempuran saat pejuang mengahadang militer Belanda. [Suara.com/Aninda Putri]

SuaraJawaTengah.id - Siapa sangka bendungan yang sering disebut warga dengan nama Bendungan Pleret, merupakan bendungan pertama di Kota Semarang.

Bendungan yang terletak di aliran Kaligarang di wilayah Simongan Kecamatan Semarang Barat itu, juga menjadi proyek kanalisasi pertama pada masa kependudukan kolonial.

Kanal air itu difungsikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mangatasi banjir yang acapkali melanda Kota Semarang di era 1800 an.

Untuk itu, Bendungan Pleret difungsikan pada 1879 untuk menahan luapan air dari Kaligarang.

Baca Juga: Misteri Absennya Carlos Fortes di Laga PSIS vs Persik Kediri, Pelatih Buka Suara

Selain menahan luapan air dari Kaligarang, kanal Bendungan Pleret juga digunakan untuk mengaliri areal pertanian.

Hingga kini usia Bendungan Pleret 143 tahun, dan masih berdiri kokoh dengan fungsi yang masih sama saat dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda.

Bentuk Bendungan Pleret juga tak berubah, bahkan dalam foto De locomotief, Samarangsch handels-en advertentie-blad, yang diambil pada 14-03-1885, bentuk bendungan tak jauh berbeda dengan sekarang.

Selain menjadi bendungan pertama di Kota Semarang, tempat tersebut juga menjadi lokasi bersejarah untuk mempertahankan kemerdekaan.

Pasalnya, Bendungan Pleret dan Kaligarang jadi lokasi pejuang kemerdekaan untuk menghadapi pasukan Belanda.

Baca Juga: Jonathan Cantillana Antar PSIS Semarang Tikung Persib Bandung di Klasemen BRI Liga 1

"Dulu di wilayah itu jadi tempat bersembunyi para pejuang untuk menyerang pasukan Belanda," kata Purnawirawan TNI Kolonel Nursahit (83) satu di antara veteran di Kota Semarang, Jumat (19/08/22).

Ia berujar tempat tersebut jadi titik vital, dan pernah menjadi titik untuk menghambat pergerakan tentara Belanda.

"Pada 1947 tentara Belanda ingin menyerang Yogyakarta, karena Yogyakarta menjadi ibu kota negara sementara. Para pejuang memanfaatkan kondisi sungai, bendungan hingga jembatan untuk menahan pergerakan tentara Belanda. Jika tidak ditahan, pasti tentara Belanda menggempur Yogyakarta dengan kekuatan penuh," terangnya.

Terpisah, satu di antara pegiat sejarah Kota Semarang, Joseph Army Sadhyoko, berujar kanalisasi pertama di Kota Semarang ada di Simongan.

"Saat itu kanal itu disebut bandjirkanaal atau banjir kanal yang sekarang Bendungan Pleret," ucapnya.

Ia menambahkan, pemerintah Hindia Belanda tak hanya membangun bendungan, namun juga memikirkan keseimbangan ekosistem sungai.

"Maka 10 tahun dari 1879, bendungan banjir kanal timur dibangun, agar ekosistem sungai tetap terjaga guna mengatasi banjir dan sumber pengairan," tambahnya.

Kontributor : Aninda Putri Kartika

Load More