SuaraJawaTengah.id - Dokter Gizi Klinik Siloam Hospitals TB Simatupang Jakarta dr. Christopher Andrian berpesan agar masyarakat menyesuaikan menu sarapan dengan aktivitas harian karena kebutuhan nutrisi setiap orang berbeda-beda.
"Tergantung, habis sarapan itu kita mau ngapain? Kalau habis sarapan terus tidur lagi kira-kira penting nggak? Istilahnya, sarapan itu kan bahasa Inggrisnya breakfast ya. Mem-break fasting, karena kita sudah puasa selama tidur," jelas Christopher dilansir dari ANTARA, Jumat (16/9/2022).
Kini, salah satu jenis diet yang cukup banyak dilakukan adalah intermittent fasting. Pola diet ini dilakukan dengan cara menentukan jadwal makanan di jam-jam tertentu. Menurut Christopher, pola diet ini juga dapat membantu menurunkan berat badan.
"Nah ada juga sekarang istilahnya kalau diet itu intermitten fasting. Itu kita tidak makan sampai jam tertentu. Biasanya mereka rapel jam makannya dari jam 12 siang sampai jam 5 sore misalnya. Ini ada plus minusnya sebetulnya. Karena kalau misalnya kita kasih detail seperti itu berarti dia cuma punya waktu makan itu pendek. Mau makan apa saja bebas yang penting dari jam 12 sampai jam 5," papar Christopher.
"Secara nggak langsung dia mengurangi total impact hariannya. Bisa turun nggak berat badan? Ya bisa-bisa saja karena dia nggak sarapan. Itu berarti dia mengurangi impact kalori hariannya. Tapi tergantung makanannya apa. Balik lagi sama kebiasaan," sambungnya.
Namun, Christopher juga menegaskan agar masyarakat waspada dalam menjalankan program diet tersebut. Sebab, di kondisi kesehatan tertentu, sarapan sangatlah penting. Misalnya seperti penderita maag atau penderita diabetes.
Sehingga, Christopher mengatakan sebelum memilih jenis diet, cobalah untuk mengenali diri sendiri lebih dulu. Dengan demikian, diet pun akan lebih efektif dan lebih sehat.
"Kalau ditanya sarapan apa nggak, sehat apa nggak, misal orang yang ada sakit maag, orang yang ada sakit gula, diabetes, lebih baik sarapan supaya gula darahnya lebih stabil. Supaya lambung kerjanya nggak berat. Makanya pentingnya sarapan untuk itu. Apalagi kalau yang aktivitasnya tinggi," ujar Christopher.
"Kalau aktivitas tinggi terus nggak makan, risiko untuk gula darah kita drop itu besar. Apalagi sekarang banyak yang menghindari karbo. Padahal itu masih kita perlukan untuk konsentrasi, suplai darah ke otak. Karena kalau kekurangan gula, bisa lemas, gemetar, bahkan mengganggu konsentrasi," imbuhnya.
Baca Juga: 4 Menu Sarapan Berbahan Dasar Jahe yang Dapat Kamu Coba
Terakhir, dia juga menegaskan agar orang yang sedang menjalani diet penurunan berat badan untuk tidak mengonsumsi dua atau tiga jenis karbohidrat sekaligus. Sebab, hal ini justru akan menggagalkan diet dan dapat mengganggu kesehatan.
"Kalau mau sarapan prinsipnya jangan mengkombinasikan dua atau tiga jenis karbo dalam sekali makan. Ini buat yang mau turunin berat badan ya. Jadi kalau misalnya makan roti, pilihlah isian dengan sumber protein, sumber lemak yang baik dan juga serat," tutupnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Lewat RUPSLB, BRI Optimistis Perkuat Tata Kelola dan Dorong Kinerja 2026
-
Kinerja Berkelanjutan, BRI Kembali Salurkan Dividen Interim Kepada Pemegang Saham 2025
-
Ini Tanggal Resmi Penetapan UMP dan UMK Jawa Tengah 2026: Siap-siap Gajian Naik?
-
Melalui BRI Peduli, BRI Hadir Dukung Pemulihan Korban Bencana di Sumatra
-
Mitigasi Risiko Bencana di Kawasan Borobudur, BOB Larang Pengeboran Air Tanah dan Penebangan Masif