SuaraJawaTengah.id - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr Radityo Prakoso, Sp.JP(K), FIHA menyebut sejumlah faktor risiko bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB), salah satunya konsumsi antibiotik oleh sang ibu saat dia mengandung.
"Antibiotik sangat-sangat tidak dianjurkan dikonsumsi pada wanita hamil pada masa pembentukan yaitu pada trimester pertama," ujar Radityo dikutip dari ANTARA, Rabu (29/9/2022).
Selain antibiotik, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI) menyebut usia wanita saat hamil juga dapat menempatkan bayinya berisiko terkena PJB. Menurut Radityo, semakin tua usia wanita saat hamil maka semakin dia berisiko melahirkan bayi dengan penyakit jantung bawaan.
Faktor risiko lainnya termasuk paparan asap rokok terutama saat janin berada di trimester pertama, konsumsi minuman beralkohol oleh ibu, genetik walaupun kontribusinya tidak terlalu besar, serta infeksi selama wanita hamil.
Wanita dengan kehamilan sangat rentan terkena infeksi dan berakibat fatal bila terjadi di trimester pertama," tutur Radityo.
Dia mengatakan, sebenarnya faktor-faktor risiko ini dapat dideteksi melalui skrining premarital. Oleh karena itu, dia menekankan pentingnya pemeriksaan ini, termasuk demi mendeteksi adanya kelainan metabolik orangtua.
Selama kehamilan, calon ibu juga dapat menjalani pemeriksaan ultrasonografi terhadap jantung janin atau fetal echo. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 18-22 minggu.
Berikutnya skrining pada bayi baru lahir bila seandainya tidak terlihat tanda-tanda janin mengalami penyakit jantung bawaan saat dalam kandungan.
"Caranya, menilai kadar oksigen atau saturasi pada tangan kanan dan kaki. Kemudian, lihat biasanya bayi baru lahir dengan menangis, tetapi kalau bayinya lahir tidak menangis, tampak kebiruan ini kita harus curiga apakah ini menderita penyakit jantung bawaan," kata Radityo.
Baca Juga: Begini Cara Mengenali Penyakit Jantung Bawaan Lewat Gejalanya
Dia menambahkan, menurut data penyakit jantung bawaan diderita sekitar 80.000 bayi yang lahir setiap tahunnya dan seperempat dari bayi ini menderita penyakit jantung bawaan kritis yang membutuhkan intervensi berbasis bedah dalam satu tahun pertama.
"Keterlambatan diagnosis menjadi masalah atau dapat berakibat fatal bila berhubungan dengan luaran yang buruk. PJB akan menyumbang sekitar 200.000-300.000 kematian," demikian ujar Radityo.
Berita Terkait
-
Ibu Hamil Bisa Cegah Lahirkan Bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan dengan Cara Ini
-
Gejala Penyakit Jantung Bawaan Sering Tidak Terlihat Sampai Dewasa, Ini Pentingnya Lakukan Deteksi Dini
-
Duh Kakak Ipar Ini Hobinya Ikut Campur Urusan Rumah Tangga Orang, Ibu Hamil Sampai Stres Gegara Nama Anaknya Direcokin
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
Terkini
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025