SuaraJawaTengah.id - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Jantung Indonesia (PERKI) dr. Radityo Prakoso, SpJP(K) mengatakan meski masih menjadi penyebab kematian utama di dunia, 80 persen penyakit jantung sebenarnya dapat dicegah.
"Penyakit jantung menjadi salah satu isu kesehatan utama di Indonesia. Namun, 80 persen dari penyakit jantung bisa dicegah," kata Radityo dikutip dari ANTARA, pada Jumat (7/10/2022).
Lebih lanjut, Radityo menambahkan, kematian akibat penyakit jantung secara global mencapai 18,6 juta setiap tahunnya. Angka kematian ini diperkirakan meningkat menjadi 20,5 juta pada 2020 dan 24,2 juta pada 2030.
Adapun penyakit jantung bermacam-macam, ada berupa gangguan terhadap pembuluh darah jantung, gangguan ritme jantung, penyakit jantung bawaan, penyakit katup jantung, kelainan otot jantung, perikarditis, hingga tumor jantung.
Radityo memaparkan, di antara penyakit jantung, penyakit jantung koroner berkontribusi terhadap persentasi kematian tertinggi di dunia. Kontribusinya sebanyak 8,9 juta terhadap kematian pada 2019.
Di Indonesia, penyakit jantung menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian terbanyak. Pada 2021, penyakit jantung juga menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang membebani anggaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) paling tinggi.
"Maka dari itu, langkah pencegahan menjadi penting," kata dokter lulusan Universitas Indonesia tersebut.
Ia melanjutkan, terdapat tiga level seseorang bisa melakukan pencegahan penyakit jantung lebih dini.
Pertama adalah pencegahan primer, dimana pencegahan dilakukan ketika seseorang masih sehat. Lalu, pencegahan sekunder, dimana pencegahan dilakukan ketika seseorang baru saja sakit; serta pencegahan tersier dimana pencegahan yang dilakukan ketika seseorang sudah mengalami disabilitas.
Baca Juga: Kelola Aktivitas Harian Bisa Bantu Turunkan Risiko Penyakit Jantung, Ini Penjelasan Dokter
"Pencegahan juga membutuhkan peran semua pihak. Edukasi memerlukan media massa untuk disebarkan ke masyarakat. Misalnya bagaimana hipertensi merupakan silent killer, karena tidak ada gejala, ini edukasinya penting," kata Radityo.
Lebih lanjut, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI juga telah menetapkan ada enam jenis transformasi yang akan dilakukan, yakni transformasi Layanan Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Sistem Pembiayaan Kesehatan, SDM Kesehatan, dan Teknologi Kesehatan.
"Kemenkes juga bekerja sama dengan semua pihak dan perhimpunan dokter untuk memenuhi pelayanan jantung di Indonesia. Harapannya adalah untuk menurunkan angka kematian (akibat penyakit jantung). Saat ini, fokusnya masih di jantung koroner, walaupun masalah jantung yang lain juga tidak kalah penting," ujar dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
130 Tahun BRI, Konsisten Tumbuh Bersama Rakyat dan Perkuat Ekonomi Inklusif
-
10 Tempat Wisata di Brebes yang Cocok untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik