SuaraJawaTengah.id - Masyarakat diimbau melengkapi imunisasi anak demi meningkatkan kekebalan tubuh dan melindungi dari penyakit. Hal itu diungkapkan Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine, MKM.
"(Selama pandemi) banyak imunisasi anak tidak lengkap atau tidak dapat imunisasi karena tidak ke luar rumah, maka kami kejar (imunisasi)," kata Prima dikutip dari ANTARA pada Rabu (19/10/2022).
Dia menjelaskan pada 2019 cakupan imunisasi dasar untuk bayi lengkap secara nasional bisa mencapai lebih dari 93 persen.
Setelah pandemi, angka cakupan turun menjadi 84,2 persen pada 2020. Setelah layanan kembali dibuka dan protokol kesehatan diterapkan, angka cakupan imunisasi dasar naik sedikit menjadi 84,5 persen.
Prima mengatakan outbreak atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat berpotensi terjadi karena sekitar 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi lengkap.
"Outbreak atau KLB idem dengan pandemi, tapi kecil-kecil karena (skala) tidak sedunia, tidak terlalu heboh isunya," jelas dia.
Padahal, potensi Kejadian Luar Biasa ini penting untuk ditanggulangi karena menyangkut dengan masa depan Indonesia yang terkait dengan generasi penerus. Dia mencontohkan kasus KLB campak tahun ini meningkat 38 kali lipat lebih besar dibandingkan tahun lalu.
"Harus ada sesuatu yang dilakukan untuk menutup hal ini," katanya.
Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong masyarakat khususnya orang tua untuk memanfaatkan program imunisasi dari pemerintah. Dengan demikian, kasus KLB yang naik dapat ditekan karena semakin banyak anak yang punya kekebalan tubuh.
Baca Juga: Cegah Pneumonia, Kemenkes Targetkan 4,6 Juta Anak Terima Imunisasi PCV
Prima mengatakan pencegahan penyakit lewat imunisasi penting karena banyak penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, seperti diare dan hepatitis.
"Tinggal masyarakat mau dan mampu datang ke fasilitas kesehatan, ayo jangan jangan ketinggalan (imunisasi)."
Lewat imunisasi, lanjut dia, pemerintah berupaya mencegah masyarakat terjangkit penyakit yang dapat menimbulkan dampak luar biasa.
"Kalau kena (penyakit) juga tidak berat," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Lewat RUPSLB, BRI Optimistis Perkuat Tata Kelola dan Dorong Kinerja 2026
-
Kinerja Berkelanjutan, BRI Kembali Salurkan Dividen Interim Kepada Pemegang Saham 2025
-
Ini Tanggal Resmi Penetapan UMP dan UMK Jawa Tengah 2026: Siap-siap Gajian Naik?
-
Melalui BRI Peduli, BRI Hadir Dukung Pemulihan Korban Bencana di Sumatra
-
Mitigasi Risiko Bencana di Kawasan Borobudur, BOB Larang Pengeboran Air Tanah dan Penebangan Masif