SuaraJawaTengah.id - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo optimistis Indonesia bisa menghadapi ancaman krisis global. Bahkan dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia diyakini bisa melakukan lompatan dan mengambil momentum menjadi penguasa pasar.
Hal itu disampaikan Ganjar saat memberikan orasi ilmiah Dies Natalis di hadapan 1.204 wisudawan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) di Gedung Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (19/1/2023).
Dalam kesempatan itu, Ganjar membakar semangat lulusan Universitas Moestopo agar tak gentar meski situasi tak menentu akibat krisis global.
"Krisis global yang terjadi saat ini membuat sepertiga negara di dunia atau sekitar 70 negara di dunia terancam resesi. 47 di antaranya sudah menjadi pasien IMF. Artinya, seluruh negara itu bakal mengalami kondisi sebagaimana yang pernah kita hadapi pada tahun 98," kata Ganjar.
Baca Juga: Program KJS Dinilai Berjalan Baik dan Mampu Jadi Solusi Kemiskinan di Jawa Tengah
Menurutnya, saat ini ada 10 negara dengan tingkat inflasi yang gila-gilaan, 5 di antaranya lebih dari 100 persen. Bahkan Eropa, yang selama ini dianggap sebagai kiblatnya kemajuan dan pengetahuan, tidak mampu menghindar dari ancaman resesi.
"Terlebih dengan laju inflasi yang mencapai 9,2 persen. Dan itu merupakan angka yang sangat tinggi sekali dibanding negara kita yang inflasinya cuma 5,51 persen. Bahkan angka itu juga lebih rendah dibanding inflasi yang dialami Amerika sebesar 6,5 persen," jelasnya.
Artinya lanjut Ganjar, kondisi Indonesia lebih baik dibanding negara lain. Dan jika dilakukan lompatan lebih tinggi, optimalisasi sumber daya alam, maka Indonesia akan menjadi negara kuat.
"Langkah awal yang mesti kita lakukan adalah menghitung ulang seberapa sih kekayaan dan kekuatan negara kita. Kalau bicara soal energi, misalnya. Berapa sih potensi yang negara kita miliki, berapa sih produksinya, berapa sih yang kita manfaatkan? Mulai dari energi fosil sampai energi yang terbarukan," tegasnya.
Ganjar merinci, potensi energi baru terbarukan yang dimiliki Indonesia saat ini sebesar 3.600 Gigawatt. Sementara pemanfaatannya masih 11,15 GW. Belum lagi potensi Nikel yang berlimpah, yang sudah ditetapkan tidak boleh lagi dijual mentah. Ada juga Bauksit dan Tembaga dan lainnya.
"Selain itu potensi pangan. Kita punya potensi sangat besar untuk mengembangkan sektor ini. Dengan luasan wilayah tanam, disokong dengan kesuburan lahan serta terjaminnya kebutuhan air membuat kesempatan kita sebagai salah satu lumbung pangan dunia sangat terbuka lebar," tegasnya.
Belum lagi potensi kelautan, perkebunan, peternakan, industri, pengembangan teknologi sampai kebudayaan. Sekarang persoalannya adalah seberapa kuat mentalitas kita untuk menuju ke sana.
"Jawa, Sunda, Dayak, Batak, Aceh, Minang, dan lain sebagainya merupakan kekayaan tak ternilai yang tak akan pernah habis untuk kita kelola. Itulah ruang-ruang yang bisa kita jadikan stimulan untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia," ucapnya.
Semua itu bisa terlaksana jika bangsa Indonesia khususnya kaum intelektual mau menjadi motor penggeraknya. Maka, ucapnya, perguruan tinggi harus turun gunung menggerakkan seluruh kapasitas intelektualnya. Penelitian pada setiap sektor-sektor prioritas harus ditingkatkan. Kolaborasi dengan perusahaan menjadi keniscayaan dan para sarjana mesti terjun ke bidang sesuai keahliannya agar mampu melahirkan inovasi-inovasi lanjutan.
"Tahun 2023 ini merupakan tahun transisi. Maju atau tidaknya negara kita di masa mendatang, bergantung pada apa yang kita lakukan di tahun ini. Untuk menghadapi masa transisi ini, yang mesti kita ingat dan pegang kuat-kuat adalah spirit gotong royong," ucapnya.
Pemerintah lanjut Ganjar tidak bisa jalan sendiri. Begitu juga universitas, perusahaan atau kaum industri juga tidak bisa berjalan sendiri. Semua harus saling bergandeng tangan, harus saling mengingatkan.
"Kalau kita berhasil melewati tahun ini dengan gemilang, maka prediksi pada tahun 2045 Indonesia menjadi negara adidaya, negara dengan perekonomian terkuat ke empat di dunia bakal jadi kenyataan. Bismillah," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Ganjar Pranowo Buka Suara Soal Kenaikan PPN 12 Persen: Bisa Picu 5 Komplikasi Ini...
-
Lama Tak Muncul, Alam Ganjar Tiba-tiba Dipuji Budayawan: Dia Akan Mempesona...
-
Prabowo Ingin Kepala Daerah Dipilih DPRD karena Pilkada Mahal, Ganjar: Harus Ada Kajian Mendalam, Ojo Kesusu
-
Ganjar Pranowo Blak-blakan Skakmat Sikap Prabowo di Pilkada 2024
-
Curhat Ganjar Pranowo: 20 Tahun di Politik, Kini Fokus Bayar Hutang ke Istri dan Anak
Terpopuler
- Menguak Tentengan Unik Jokowi setiap Kali Ditemui Warga di Rumah Solo, Ternyata Ini Fungsinya
- Harvey Moeis Cari Gratisan untuk Simpan Warisan Rp1 T, Memangnya Berapa Biaya Sewa Safe Deposit Box?
- Puasa Rajab 2025 Dimulai Tanggal Berapa? Catat Jadwal Lengkapnya!
- Shin Tae-yong: Turut Berduka Cita
- Zikir Bulan Rajab, Apa Saja yang Dibaca?
Pilihan
-
Sri Mulyani Sindir Saham Berfundamental Jelek di BEI
-
Fakta Brutal hingga Sisa Kejanggalan Kasus Penembakan Siswa Semarang, 2 Pihak Belum Puas
-
Fotonya Menghilang, Venezia Sudah Ikhlas Jay Idzes Hengkang?
-
Resmi Masuk Indonesia, Xpeng Gandeng Erajaya untuk Jualan Mobil Listrik
-
Ngaku Diundang, Jokowi Ungkap Alasan Tak Hadiri Pertemuan Mantan Gubernur DKI Jakarta
Terkini
-
Polisi Periksa Dua Tersangka Kasus Perundungan PPDS Undip Semarang
-
Soal Perjanjian Khusus, Ini Jawaban CEO PSIS Terkait Pratama Arhan
-
Fakta Brutal hingga Sisa Kejanggalan Kasus Penembakan Siswa Semarang, 2 Pihak Belum Puas
-
BMKG Imbau Waspada Gelombang Tinggi di Selatan Jateng hingga 4 Januari
-
Kenapa Rajab Dikenal Sebagai Bulan Haram dalam Islam?