Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 11 April 2023 | 17:49 WIB
Pemakaman Theresia Dewi dan Okta Abrianto, korban pembunuhan dukun Slamet di TPU Giri Darmoloyo, Selasa (11/4/2023). [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Disambut gerimis, jenazah Theresia Dewi (47 tahun) dan Okta Ali Abrianto (31 tahun) tiba di rumah duka Bulurejo, Mertoyudan, Magelang. Keduanya ‘pulang’ setelah lebih dari setahun menghilang.  

Ibu dan anak ini ditemukan setelah kasus dugaan pembunuhan dukun pengganda uang, Slamet Tohari, terungkap. Keduanya ditemukan dikubur di areal kebun milik Slamet di Desa Balun, Wanayasa, Banjarnegara.

Kedua jenazah tiba di kediaman Yusuf Edi Gunawan, kakak kandung Theresia, sekitar pukul 11.05 WIB. Theresia Dewi dan Okta Abrianto dipulangkan dari Banjarnegara menggunakan 2 ambulan terpisah.   

Yusuf Edi Gunawan mengatakan, gelagat adik dan keponakannya menjadi korban pembunuhan dukun Slamet diketahui sejak 5 April 2023. “Saya tahunya hari Rabu. Tapi itu kan masih 70 persen,” kata Edi, Selasa (11/4/2023).

Baca Juga: Polisi Identifikasi Empat Jenazah Korban Dukun di Banjarnegara, Ini Hasilnya

Theresia dikenali dari rekam medis gigi. Sedangkan Okta dikatahui dari sweater yang dikenakan.  

Di saku celana yang dikenakan jenazah Okta, polisi juga menemukan kunci kontak mobil yang diketahui terakhir dikendarainya.

Kepastian identitas Theresia dan Okta semakin jelas setelah beberapa keluarga termasuk Yusuf Edi Gunawan diambil sampel DNA pada 8 April 2023.

Menurut Edi, polisi juga sempat menunjukkan foto Theresia kepada Slamet. Dia mengakui Theresia sebagai salah satu korban yang dibunuh.

“Ditanya ke Slamet itu ‘apakah kamu mateni iki?’. Iya katanya. ‘Wong endi iki?’ Orang Jogja (jawab Slamet). Kemungkinan adik saya bilang orang Jogja saya juga nggak tahu. Cuma dia namanya lupa, cuma fotonya jelas.”

Baca Juga: Polisi Periksa 11 Saksi Kasus Pembunuhan Berencana Dukun Slamet

Kedatangan jenazah Theresia Dewi dan Okta Ali Abrianto disambut keluarga dan kerabat dekat dengan tenang. Tidak ada tangis histeris, hanya beberapa orang tampak terisak menahan duka yang mendalam.  

“Ya namanya adik. Tadi saya dimintakan memberikan sambutan (serah terima jenazah di Banjarnegara) ya brebes mili. Nahan tangis itu ya nggak kuat,” ujar Edi yang matanya tampak sembab dan lelah.

Masalah Ekonomi

Edi mengaku dekat dengan Theresia Dewi. Mereka berdua -juga Okta Abrianto- sering menggarap bersama proyek-proyek milik pemerintah.

Saat awal diketahui menghilang November 2021, Theresia dan Okta diduga berangkat ke Banjarnegera untuk keperluan menggarap proyek.  

Tapi kata Slamet, saat itu kondisi masih pandemi sehingga tidak ada garapan proyek pembangunan.

“Itu pas nggak ada proyek kok. Tahun 2021 itu nggak ada proyek. Apalagi itu sudah November. Sudah nggak ada proyek.”

Masa itu hampir semua kontraktor mengalami paceklik. Slamet sendiri 3 tahun tidak menggarap proyek yang mengharuskannya banting setir membuka usaha angkringan.   

“Saya sudah 3 tahun nggak ada proyek. Terus jualan angkringan. Nggak punya kerjaan istri saya memutuskan buka angkringan,” ujar Slamet.

Dia mengaku tidak mengetahui apakah alasan adik dan ponakannya ke Banjarnegara karena terjepit masalah keuangan. “Kalau masalah pribadi kami nggak tahu. Kalau masalah pekerjaan kan saya dapat, sana dapat. Masing-masing to.”

Jenazah Theresia Dewi dan Okta Abrianto dimakamkan di liang bersebelahan di Blok D, tempat pemakaman umum (TPU) Giri Darmoloyo, Kota Magelang. Tidak ada lagi tanda tanya keluarga, kemana keduanya pergi selama lebih dari setahun belakangan.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More