SuaraJawaTengah.id - Masyarakat jawa, khususnya Jawa Tengah sangat akrab dengan tradisi Syawalan. Meski di beberapa daerah istilah yang digunakan berbeda-beda, ada yang menyebutnya Syawalan, Kupatan, Lebaran Kupat, atau Sedekah Laut, namun tradisi ini dilaksanakan hampir bersamaan, yaitu pada bulan Syawal, tepatnya satu pekan setelah hari raya Idul Fitri.
Di Jawa Tengah, tradisi ini sudah menjadi aktivitas sakral bagi masyarakat muslim, bahkan disebut juga dengan Lebaran kedua. Di di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah misalnya, Syawalan dilakukan seminggu setelah Lebaran di setiap tahunnya.
Tujuan tradisi Syawalan tersebut untuk mendoakan para ulama yang telah menyebarkan agama Islam di wilayah Kendal. Tradisi Syawalan telah berlangsung ratusan tahun yang masih dilakukan hingga saat ini.
Begitu juga di Pekalongan, Tradisi Syawalan dilakukan pada 8 Syawal. Lopis raksasa menjadi salah satu simbol kuliner khas tradisi ini. Tujuan pembuatan lopis tersebut sesuai dengan sifat lopis yang lengket, yaitu untuk mempererat silaturahmi masyarakat Krapyak dan sekitarnya.
Baca Juga: CEK FAKTA: Resmi Jadi Capres PDIP, Ganjar Langsung Tunjuk Ahok Jadi Cawapres?
Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko mengatakan, di Jawa tradisi ini memang dikenal dengan banyak nama serta bermacam ritualnya. Namun menurutnya, keberagaman yang ada merupakan kekayaan budaya Jawa, dengan nilai-nilai kearifan lokal di masing-masing daerah.
"Tradisi ini perlu dilestarikan, dan dijaga keberagaman akan nilai-nilai kedaerahannya. Memang pelaksanaan tradisi ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, namun mereka memiliki tujuan dan maksud yang sama. Dan itulah kekayaan budaya yang ada di sini," katanya, (28/4/2023).
Pemerintah, menurutnya juga perlu andil dalam melestarikan tradisi ini. "Bentuk suportnya dengan memfasilitasi pelaksanaan tradisi. Karena dalam tradisi tersebut terkandung nilai-nilai yang kuat akan akar sejarah peradaban di wilayah tersebut. Makanya ada perbedaan tiap daerah dalam menjalani tradisi ini. Perbedaan juga sangat terlihat antara masyarakat pesisir dengan masyarakat pegunungan dalam menjalani tradisi ini, meski waktu dan tujuannya hampir sama," katanya.
Asal Nama
Apalagi dalam pelaksanaan tradisi Syawalan juga ada perputaran ekonomi yang sangat tinggi. Di wilayah pesisir misalnya, Syawalan tak hanya jadi sebuah pesta. Tradisi tersebut memiliki nalar kebudayaan yang melatarbelakanginya. Selain ini juga memiliki makna luhur bagi orang-orang yang hidup di dalamnya," tegasnya.
Baca Juga: Adu Prestasi Cawapres yang Berpotensi Dampingi Ganjar, Siapa Bakal Terpilih?
Sebagai informasi, Istilah Syawalan berasal dari kata Syawal, nama salah satu bulan pada kalender Islam atau tahun Hijriah. Disebut dengan istilah Syawalan karena tradisi tersebut dilaksanakan pada bulan Syawal, yaitu pada satu pekan setelah hari raya Idul Fitri. Perayaan Syawalan dijadikan momentum untuk menjalin silaturahmi dan kumpul dengan sanak keluarga yang tinggal di tempat jauh. Syawalan masih terkait dengan hari raya Idul Fitri yang biasanya disebut Bada Kupat atau Hari Raya Ketupat.
Berita Terkait
-
Puncak Arus Mudik Terjadi Hari Ini, Polda Jateng Terapkan One Way dari Tol Kalikangkung hingga Bawen
-
Kabar Gembira! Pemprov Jateng Hapus Tunggakan Pajak Kendaraan pada Lebaran 2025
-
Info Mudik 2025: Daftar Harga Tiket Bus DAMRI Terbaru Tujuan Jawa Timur
-
Info Mudik 2025: Daftar Harga Tiket Mudik Bus DAMRI ke Jawa Tengah
-
Jelang Mudik 2025: Kapolda Jateng Sidak Tol Trans Jawa, Soroti Hal Ini...
Terpopuler
- Mudik Lebaran Berujung Petaka, Honda BR-V Terbakar Gara-Gara Ulang Iseng Bocah
- Persija Jakarta: Kalau Transfer Fee Oke, Rizky Ridho Mau Ya Silahkan
- 3 Pemain Liga Inggris yang Bisa Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Lawan China dan Jepang
- Pemain Kelahiran Jakarta Ini Musim Depan Jadi Lawan Kevin Diks di Bundesliga?
- Infinix Hot 50 vs Redmi 13: Sama-sama Sejutaan Tapi Beda Performa Begini
Pilihan
-
Mees Hilgers Dituduh Pura-pura Cedera, Pengamat Pasang Badan
-
Anthony Elanga, Sang Mantan Hancurkan Manchester United
-
BREAKING NEWS! Daftar 23 Pemain Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025
-
Terungkap! MisteriHilangnya Oksigen di Stadion GBK Saat Timnas Indonesia vs Bahrain
-
Tolak Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Ini Bakal Setim dengan Cristiano Ronaldo
Terkini
-
Wapres Gibran Mudik, Langsung Gercep Tampung Aspirasi Warga Solo!
-
Tragedi Pohon Tumbang di Alun-Alun Pemalang: Tiga Jamaah Salat Id Meninggal, Belasan Terluka
-
BMKG Peringatkan Hujan dan Angin Kencang di Jawa Tengah, Warga Diminta Waspada
-
Arus Mudik di Tol Kalikangkung Semarang Lancar, Simak Tips Aman Berkendara di Jalan Tol
-
Arus Mudik Membludak, One Way di Tol Semarang-Bawen Diberlakukan Lagi