Budi Arista Romadhoni
Kamis, 14 September 2023 | 06:59 WIB
Ilustrasi nelayan. Kebanyakan pemuda kurang tertarik lagi dengan dunia maritim atau 'ekonomi biru' dan lebih memilih menjadi karyawan swasta atau merantau, akankah profesi nelayan bakal hilang? (Dok : Istimewa)

Staf Ahli Bidang Inovasi Kepemudaan dan Keolahragaan Pit. Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora, Yohan mengatakan pelatihan yang digelar di Semarang yang merupakan kota pesisir itu diharapkan bisa membuka ilmu soal Maritim baik dari pemanfaatan hingga saat menghadapi bencana.

"Bagaimana berdayakan pemuda kita terhadap potensi terkait kelautan dan pesisiri di sekitar kita, bagaimana bisa hadapi bencana. Kenapaa pemuda yang kita ambil, karena pemuda ini yang akan memegang estafet kepemimpinan. Mampu memimpin bangsa ini di masa yang akan datang terutama menghadapi Indonesia Emas 2045," jelasnya.

Terkait berkurangnya minat pemuda pesisir untuk meneruskan profesi khas pesisir, menurut Yohan karena masih ada stigma nilai ekonomi yang kurang.

Maka dengan pelatihan yang digelar dan diikuti sekitar 100 peserta itu, diharapkan bisa memicu inovasi para pemuda meningkatkan nilai ekonomi dari laut atau ekonomi biru, termasuk dari sisi wisata.

"Nelayan kan dianggap ekonominya kurang. Makan dengan pelatihan ini diharapkan tahu nelayan itu bukan tidak menjanjikan. Potensi di pesisir bisa diberdayakan, tidak hanya cari ikan tapi diberi nilai tambah. Jadi dijual tidak hanya per kilo, tapi ketika diberdayakan bisa untuk penghidupan. Misal rumput laut sekilo Rp 20 ribu. Ketika diolah jadi Karagenan atau produk itu jadi sekilo bisa Rp 200 ribu. Apalagi Karagenan ini bisa jadi kosmetik dan produk obat. Sehingga petani bisa berdayakan tidak hanya bahan mentah," jelas Yohan.

Load More