Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 24 Oktober 2023 | 10:42 WIB
Makam Nyai Brintik di Kampung Wonosari Kelurahan Randusari, Kota Semarang pada Senin (23/10/2023) [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Gunung Brintik di Kampung Wonosari, Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan menyimpan sejarah panjang. Dari berbagai literatur, gundukan bukit yang kini dikenal dengan sebutan kampung pelangi dulunya berupa pulau yang dikelilingi laut.

Selain itu, di Gunung Brintik juga terdapat makam legendaris Nyai Brintik. Konon, sesosok perempuan berambut kriting itu merupakan leluhur atau tokoh yang menguasai daerah tersebut zaman dulu.

Menurut Juru Kunci, Ari Kumalasari, makam Nyai Brintik ditemukan pertama kali oleh buyutnya. Dulu makam tersebut hanya berupa gundukan tanah biasa.

Diceritakan Ari, buyutnya waktu itu dapat bisikan kalau di area tersebut terdapat sebuah makam. Setelah ditemukan, makam Nyai Brintik dirawat dan dijaga oleh keluarga Ari secara turun-temurun.

Baca Juga: Wamendagri Sebut FKUB Punya Peran Strategis untuk Sukseskan Pemilu

"Yang pertama kali menemukan kakek saya, terus ke mbah putri ke bapak lalu ke saya. Untuk detail sejarahnya seperti apa yang kurang tau," kata Ari saat ditemui Suara.com, Senin (23/10/2023).

Kepercayaan warga setempat yang masih dipegang sampai sekarang yaitu saat hendak menggelar pesta pernikahan. Warga biasanya memberikan sesajian untuk meminta izin ke Nyai Brintik.

"Tujuannya hanya minta perlindungan agar acara (pernikahan) lancar. Tapi tidak dianjurkan tergantung kepercayaan warga," jelasnya.

Disinggung, soal ramainya tokoh politik atau caleg yang berziarah untuk meminta restu pada Nyai Brintik. Perempuan berusia 46 tahun ini sayangnya tidak tau menahu.

"Saya nggak tau, kalau orang-orang datang ke sini biasanya bawa kembang telon dan kinang bakau ampek," tuturnya.

Baca Juga: Sekjen Kemendagri Ingatkan Ancaman Hoaks Jelang Pemilu

Ramai Saat Pemilu

Mantan Ketua RT 07 RW 03, Krisyanto, mengatakan dulu makam Nyai Brintik sempat ramai jadi rujukan tokoh politik saat momen-momen pilkada. Termasuk mantan Wali Kota Semarang Soetrisno Suharto yang sering berziarah ke makam Nyai Brintik.

"Beberapa kali setiap hari Selasa dan Jumat Kliwon saya sering ketemu pak Soetrisno ziarah ke mbah nyai. Dulu makam mbah nyai cocok memohon doa restu para pejabat sebelum nyalon," ucapnya.

Seiring perjalanan waktu, kebiasaan orang berziarah ke makam Nyai Brintik mengalami pergeseran. Menurut Kris, saat ini sudah sangat jarang ditemui tokoh politik yang berziarah ke makam leluhurnya tersebut.

"Waktu zamannya Wali Kota Soetrisno banyak calon-calon yang ke sini. Sekarang orang-orang ke sini minta dagangannya supaya laris," imbuhnya.

Berdasarkan cerita yang didapat Kris dari juru kunci terdahulu. Ramainya orang-orang termasuk pejabat minta hajat ke makam Nyai Brintik setelah ada orang Tionghoa yang datang ke sana. Lalu hajatnya dikabulkan.

"Dalam perkembangannya makam Nyai Brintik dipugar dan dibangun seperti rumah-rumahan seperti sekarang oleh Pak Soetrisno," katanya.

Konon, sosok Nyai Brintik merupakan perempuan yang memiliki kesaktian yang luar biasa. Tapi punya sifat buruk. Bahkan diceritakan Nyai Brintik pernah mencuri pusaka milik Kerajaan Demak lalu dibawa kabur ke Gunung Brintik.

Singkat cerita, kesaktian Nyai Brintik hanya bisa ditandingi oleh Sunan Kalijaga. Setelah keduanya bertemu dan bertempur, benar saja Nyai Brintik kalah, lalu dia minta diangkat sebagai murid.

Sejak saat itu, Nyai Brintik berubah menjadi sosok yang baik hingga akhir hayatnya. Sedangkan untuk berziarah ke makam Nyai Brintik, para pengunjung harus meminta izin terlebih dahulu ke juru kunci.

Di dalan ruang makam tersebut juga terdapat benda-benda berupa payung kain, guci, kursi yang diperkirakan merupakan peninggalan Nyai Brintik.

"Banyak juga orang yang datang ke sini minta pusaka. Tapi sekarang makin sepi orang ziarah ke makam Nyai Brintik. Mungkin karena faktor juru kunci," pungkas Kris.

Kontributor : Ikhsan

Load More